Categories
Inspirational: Story
SHOW ME THE MONEYApa yang membuat kita happy di pekerjaan?
Gaji? Jabatan yang keren? Perusahaan yang bonafit? Atau …….?
You see, banyak dari kita yang mengira bahwa gaji merupakan syarat kepuasan kerja. Kita berpendapat bahwa dengan mendapatkan gaji yang tinggi, segala sesuatu akan beres. Karena itu, kita iri, selalu mem-banding2kan diri mereka dengan orang-orang yang menurut kita bergaji besar.
Padahal, kita lupa, setelah kita memenuhi kebutuhan jasmaniah dasar ada makanan yang cukup, pakaian yang memadai, dan atap (walaupun kontrak), maka diri kita pun mulai bergerak menaiki hirarki Motivasi. Pikiran kita ke uang dalam banyak kesempatan bergeser. Kita kesal dengan persepsi perlakuan tidak adil di kantor, kita stress dengan tekanan pekerjaan, kita sebel dengan rekan kerja, kita takut sama bos, kita kuatir mengenai jabatan, karir, dll. Semuanya bisa bercampur, ditambah dengan persepsi bahwa kita seharusnya bisa menghasilkan uang lebih, maka hasilnya adalah perusahaan kita tiba-tiba mempunyai banyak peng-komplain, penggerutu, penggosip, duri dalam daging, back stabber, politisi kantor, dll.
Dalam banyak seminar, saya menemui bahwa kepuasan kerja menjadi masalah umum.
Dan cara termudah untuk lari dari kenyataan adalah memainkan peran sebagai "pencari kambing hitam".
Well, seharusnya tidak, apabila kita semua sadar bahwa kita punya PILIHAN.
Pekerjaan apapun, adalah PILIHAN. Apakah ada di antara kita yang ditodongkan senjata lalu dipaksa masuk ke perusahaan?
Bahkan tidak bekerja pun adalah PILIHAN.
Saya pernah ditantang oleh seorang peserta seminar dengan mengatakan bahwa tidak ada pilihan pekerjaan yang tersedia yang sesuai dengan minatnya, karena itu dia tidak punya pilihan.
Saya jawab waktu itu, dengan MEMILIH untuk tidak menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat, itu sendiri adalah PILIHAN.
MEMILIH menunggu mendapatkan pekerjaan impian dan tidak mengambil tawaran pekerjaan lain, adalah PILIHAN.
Dengan demikian soal kepuasan pun adalah PILIHAN.
Kita yang MEMILIH untuk masuk bekerja dengan gaji sekian, karena itu saat itu kita sudah sebetulnya sudah MEMUTUSKAN untuk puas.
Yang terjadi berikutnya adalah kita memodel yang dilakukan oleh banyak orang rata-rata, yakni mencari alasan supaya tidak puas.
Kurang fasilitas, gaji kurang, kurang kesempatan, kurang waktu, kurang motivasi, kurang dukungan, dll.
Dan segeralah kita berganti KEPUTUSAN untuk tidak puas.
Ken Blanchard pernah berujar, saat kita mencapai puncak hirarki Motivasi menurut Maslow, yakni Aktualisasi Diri, kita sudah tidak bisa membedakan lagi antara bekerja dan bermain.
Kita begitu menikmatinya. Di saat ini kita tahu, bahwa dalam 1 minggu, setiap hari sama. Berapapun penghasilan kita. WE LOVE IT!
Di kelas NLP, saya menggambarkannya sebagai terjadinya keselarasan dalam NEUROLOGICAL LEVEL.
Hasrat dedikasi kita ke perusahaan oke, misi pribadi di perusahaan oke, belief kita mengenai diri kita dan orang lain di perusahaan oke, kemampuan kita oke, perilaku kita oke, dan lingkungan kerja oke.
Nah, belief kita, tentunya menyangkut bagaimana kita melihat hubungan gaji kita dan pekerjaan kita.
My friend, kepuasan soal gaji hanya langit batasannya.
Kita tidak pernah puas kalau kita tidak punya ukuran kepuasan berdasarkan konteks yang sesuai.
Kepuasan kita akan penghasilan tidak harus sama dengan kepasrahan, sejauh kita paham konteks saat ini.
Kita bisa MEMILIH puas dengan gaji saat ini karena sesuai dengan konteks saat ini, dalam hal waktu, kesempatan, skala pekerjaan, perusahaan, dll.
Sambil itu kita juga bisa MEMILIH untuk mempersiapkan diri untuk konteks yang berbeda, yang berarti dengan tingkat kepuasan yang berbeda.
Saat kita MEMILIH pekerjaan bergaji 1 juta, lalu melihat orang lain bergaji 2 juta, apakah kita MEMUTUSKAN untuk tidak puas, atau menaikkan standard kinerja dan kualitas untuk bisa bergaji 2 juta?
Saat kita MEMUTUSKAN untuk masuk perusahaan berstandard gaji di bawah rata-rata pasar, lalu melihat keluar perusahaan lain seolah-olah berkali lipat dari gaji kita dalam memberikan gaji ke karyawannya, apakah kita MEMILIH untuk mengutuk perusahaan kita, atau menaikkan standard dan kualitas pribadi untuk bisa mengasumsikan gaji lebih baik atau masuk perusahaan yang lebih baik?
Saat kita berpersepsi bahwa di pekerjaan sekarang, dengan melihat tugas dan tanggung jawab, kita berhak atas gaji lebih, apakah kita MEMILIH untuk mengutuk perusahaan atau menaikkan standard dan kualitas pribadi untuk bisa dipandang secara berbeda dari segi harga kita, termasuk untuk dilirik perusahaan lain?
Itu semua PILIHAN, kawanku!
Tidak ada yang kebetulan. Semuanya adalah pertemuan persiapan dan kesempatan!
Teruskan persiapkan diri, tingkatkan standard dan kualitas pribadi.
Saatnya akan tiba, saat Anda bisa berucap dengan gagah: SHOW ME THE MONEY!
IT'S OUR CHOICE!
Have a positive day!
mail from DQ
Gaji? Jabatan yang keren? Perusahaan yang bonafit? Atau …….?
You see, banyak dari kita yang mengira bahwa gaji merupakan syarat kepuasan kerja. Kita berpendapat bahwa dengan mendapatkan gaji yang tinggi, segala sesuatu akan beres. Karena itu, kita iri, selalu mem-banding2kan diri mereka dengan orang-orang yang menurut kita bergaji besar.
Padahal, kita lupa, setelah kita memenuhi kebutuhan jasmaniah dasar ada makanan yang cukup, pakaian yang memadai, dan atap (walaupun kontrak), maka diri kita pun mulai bergerak menaiki hirarki Motivasi. Pikiran kita ke uang dalam banyak kesempatan bergeser. Kita kesal dengan persepsi perlakuan tidak adil di kantor, kita stress dengan tekanan pekerjaan, kita sebel dengan rekan kerja, kita takut sama bos, kita kuatir mengenai jabatan, karir, dll. Semuanya bisa bercampur, ditambah dengan persepsi bahwa kita seharusnya bisa menghasilkan uang lebih, maka hasilnya adalah perusahaan kita tiba-tiba mempunyai banyak peng-komplain, penggerutu, penggosip, duri dalam daging, back stabber, politisi kantor, dll.
Dalam banyak seminar, saya menemui bahwa kepuasan kerja menjadi masalah umum.
Dan cara termudah untuk lari dari kenyataan adalah memainkan peran sebagai "pencari kambing hitam".
Well, seharusnya tidak, apabila kita semua sadar bahwa kita punya PILIHAN.
Pekerjaan apapun, adalah PILIHAN. Apakah ada di antara kita yang ditodongkan senjata lalu dipaksa masuk ke perusahaan?
Bahkan tidak bekerja pun adalah PILIHAN.
Saya pernah ditantang oleh seorang peserta seminar dengan mengatakan bahwa tidak ada pilihan pekerjaan yang tersedia yang sesuai dengan minatnya, karena itu dia tidak punya pilihan.
Saya jawab waktu itu, dengan MEMILIH untuk tidak menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat, itu sendiri adalah PILIHAN.
MEMILIH menunggu mendapatkan pekerjaan impian dan tidak mengambil tawaran pekerjaan lain, adalah PILIHAN.
Dengan demikian soal kepuasan pun adalah PILIHAN.
Kita yang MEMILIH untuk masuk bekerja dengan gaji sekian, karena itu saat itu kita sudah sebetulnya sudah MEMUTUSKAN untuk puas.
Yang terjadi berikutnya adalah kita memodel yang dilakukan oleh banyak orang rata-rata, yakni mencari alasan supaya tidak puas.
Kurang fasilitas, gaji kurang, kurang kesempatan, kurang waktu, kurang motivasi, kurang dukungan, dll.
Dan segeralah kita berganti KEPUTUSAN untuk tidak puas.
Ken Blanchard pernah berujar, saat kita mencapai puncak hirarki Motivasi menurut Maslow, yakni Aktualisasi Diri, kita sudah tidak bisa membedakan lagi antara bekerja dan bermain.
Kita begitu menikmatinya. Di saat ini kita tahu, bahwa dalam 1 minggu, setiap hari sama. Berapapun penghasilan kita. WE LOVE IT!
Di kelas NLP, saya menggambarkannya sebagai terjadinya keselarasan dalam NEUROLOGICAL LEVEL.
Hasrat dedikasi kita ke perusahaan oke, misi pribadi di perusahaan oke, belief kita mengenai diri kita dan orang lain di perusahaan oke, kemampuan kita oke, perilaku kita oke, dan lingkungan kerja oke.
Nah, belief kita, tentunya menyangkut bagaimana kita melihat hubungan gaji kita dan pekerjaan kita.
My friend, kepuasan soal gaji hanya langit batasannya.
Kita tidak pernah puas kalau kita tidak punya ukuran kepuasan berdasarkan konteks yang sesuai.
Kepuasan kita akan penghasilan tidak harus sama dengan kepasrahan, sejauh kita paham konteks saat ini.
Kita bisa MEMILIH puas dengan gaji saat ini karena sesuai dengan konteks saat ini, dalam hal waktu, kesempatan, skala pekerjaan, perusahaan, dll.
Sambil itu kita juga bisa MEMILIH untuk mempersiapkan diri untuk konteks yang berbeda, yang berarti dengan tingkat kepuasan yang berbeda.
Saat kita MEMILIH pekerjaan bergaji 1 juta, lalu melihat orang lain bergaji 2 juta, apakah kita MEMUTUSKAN untuk tidak puas, atau menaikkan standard kinerja dan kualitas untuk bisa bergaji 2 juta?
Saat kita MEMUTUSKAN untuk masuk perusahaan berstandard gaji di bawah rata-rata pasar, lalu melihat keluar perusahaan lain seolah-olah berkali lipat dari gaji kita dalam memberikan gaji ke karyawannya, apakah kita MEMILIH untuk mengutuk perusahaan kita, atau menaikkan standard dan kualitas pribadi untuk bisa mengasumsikan gaji lebih baik atau masuk perusahaan yang lebih baik?
Saat kita berpersepsi bahwa di pekerjaan sekarang, dengan melihat tugas dan tanggung jawab, kita berhak atas gaji lebih, apakah kita MEMILIH untuk mengutuk perusahaan atau menaikkan standard dan kualitas pribadi untuk bisa dipandang secara berbeda dari segi harga kita, termasuk untuk dilirik perusahaan lain?
Itu semua PILIHAN, kawanku!
Tidak ada yang kebetulan. Semuanya adalah pertemuan persiapan dan kesempatan!
Teruskan persiapkan diri, tingkatkan standard dan kualitas pribadi.
Saatnya akan tiba, saat Anda bisa berucap dengan gagah: SHOW ME THE MONEY!
IT'S OUR CHOICE!
Have a positive day!
mail from DQ
0 comments:
Post a Comment