Sunday, March 25, 2007

Third Edition

The Photography eMagazine From Indonesian

Tuesday, March 20, 2007

300

Titles: 300
Genre: Action/History/Drama/War
Casts: Gerard Butler, Lena Headey, Dominic West, David Wenham, Vincent Regan, Rodrigo Santoro
Directed by: Zack Snyder
Writing Credits: Zack Snyder, Kurt Johnstad, Michael Gordon, Frank Miller (graphic novel), Lynn Varley (graphic novel)
Produksi: Warner Bros Pictures
Durasi: 117 min

Berjuang sampai titik darah penghabisan, berkorban hingga helaan nafas terakhir untuk negara dan tanah air, memang selalu akan menggelitik keharuan perasaan hingga ke batas pemikiran. Siapa sih kiranya yang akan sanggup pergi berlaga untuk tidak kembali lagi? Sementara keluarga tetap menanti? Dengan harapan, semangat inilah yang kiranya bisa menyulut persatuan untuk kembali mengusir kehadiran pendatang.

Jiwa heroik, tangguh, keberanian, keuletan, strategi perang yang apik dan mental baja sepertinya habis-habisan dituangkan di film ini. Adalah tidak mungkin sepertinya meraih kemenangan atas jutaan pasukan pendatang, Persia yang berencana mengepakkan kekuasaannya di negeri Yunani hanya dengan bermodalkan 300 prajurit Sparta yang tangguh, pemberani dan siap mati demi tanah air. Namun, itulah yang dilakoni oleh Raja Leonides pada pasukannya. Semangat untuk siap berkorban demi memperjuangkan kemerdekaan negaranya dari tangan penjajah. "What will men do to be free?" ungkapan yang diucapkan oleh Sang Ratu, Gorgo, permaisuri Raja Leonides di malam terakhir sebelum suaminya memimpin 300 prajurit terbaiknya ke medan laga justru semakin membakar semangat Leonides untuk melakukan perlawanan ketimbang berdiam diri dan menyerah pada nasib.

Adalah negeri Sparta, salah satu negeri yang ada di dataran Yunani, penuh dengan kekerasan dan hidup penuh perjuangan. Adalah biasa bagi mereka membuang anak yang dianggap lemah, cacat dan dianggap tak bisa berjuang untuk hidupnya kelak. Namun, jika anak lelaki tersebut sempurna, adalah biasa juga seja kecil mereka ditempa untuk dapat membela dirinya dari kematian.

Bahkan, sekali lagi, adalah biasa bagi penduduk Sparta untuk mengirim anak lelaki berumur 7 tahun untuk bertempur dan "belajar" membiasakan diri berjuang mempertahankan dirinya. Bahkan, tak ada tangis, tak ada keluhan yang pantas diucap atau bahkan diperlihatkan bagi semua kaum Sparta, bahkan tidak untuk para wanita. Leonides pun ikut "mencicipi" pendidikan tersebut, ia pun harus meninggalkan kampung halamannya untuk ditinggalkan di hutan bebas untuk belajar "survive" dari berbagai tantangan tanpa adanya bantuan sama sekali dari keluarganya. Jika memang ia berhasil, adalah sangat membanggakan ia pulang sebagai prajurit Sparta yang sesungguhnya. Namun, jika tak berhasil, berarti memang ia bukan prajurit Sparta.

Hukum seperti inilah yang menghiasi kehidupan warga Sparta. Sampai muncul utusan dari pasukan Persia yang akan menggempur selurh daratan Yunani untuk kemudian menancapkan kekuasaannya di negeri Yunani tersebut, salah satunya juga adalah Sparta. Utusan ini pun tak main-main dengan ucapannya. Dengan membawa kepala-kepala para raja dari negeri yang berhasil ditundukkannya pun utusan diterima oleh Raja Leonides. Namun, bukan Sparta namanya kalau tak berjuang. "This is Sparta!!" teriaknya sambil menendang utusan tersebut ke sumur yang sangat dalam beserta dengan pengikut-pengikutnya yang lain.

Meski demikian, tindakan tersebut bukan berarti tanpa perhitungan. Namun, di saat itu adalah suatu keharusan bagi seorang raja yang akan berperang untuk pergi meminta restu dari Ephor, turunan manusia yang dianggap lebih istimewa ketimbang manusia biasa, termasuk seorang raja. Dengan maksud meminta restu itulah Leonides pergi ke pegunungan tempat tinggal para Ephor tersebut. Lucunya, untuk mendapatkan "restu" itu Leonides pun harus memberikan banyak emas dan wanita muda, cantik yang akan dijadikan "Oracle" atau pembawa pesan dari para dewa. Lucunya lagi, Oracle ini juga nantinya akan menjadi "santapan" bagi para Ephor yang bernafsu besar.

Sayangnya, dari pesan Oracle inilah justru Leonides tak boleh memberikan perlawanan sedikit pun, bahkan ia malah harus menjalankan perayaan ritual Sparta tiap tahunnya di saat Persia akan menyerang. Tidak setuju dengan keputusan Eophor tersebut, Leonides pun menggalang kekuatannya sendiri dengan mengumpulkan pasukan sebanyak 300 prajurit terbaik Sparta untuk menekan musuh di balik dinding batu di sebuah pegunungan. Kalau dilihat strategi Leonides sama seperti saat ia masih muda di hutan lepas mencoba mengalahkan seekor serigala buas.

Raja Persia, Xerxes pun termakan oleh tipuan ini. Leonides dengan pasukannya pun membuat tembok yang tinggi dan kuat yang akan menolong mereka dalam menahan pasukan lawan. Peperangan demi peperangan pun dimulai. Leonides dibantu pengikut setianya berhasil menumbangkan lawan-lawannya di hari pertama mereka bertarung. Bahkan, tanpa disangka, pasukan Leonides tak mengalami kerugian. Dengan strateginya seperti formasi kura-kura (bersenjatakan tombak dan perisai), mereka saling bahu membahu melawan musuh yang menyerang.

Sampai pada akhirnya pun Xerxes mengunjungi Leonides dan menawarkan suatu "kerjasama". Menjadikan Leonides sebagai penguasa seluruh Yunani namun ia harus menyerah pada Xerxes. Tawaran yang pastinya ditolak.

Sementara itu, di negeri Sparta pun, Ratu Gorgo juga terus berjuang agar supaya sang Raja mendapatkan bantuan. Ini baru akan bisa dilakukannya dengan berbicara di depan dewan. Sayang sungguh sayang, pengkhianat di antara anggota dewan yang memaksa membantu malah justru menusuk pembicaraan Ratu saat di depan dewan. Namun, tentunya pengkhianat tersebut bisa dibuktikan kebohongannya.

Tak hanya pengkhianat di dalam dewan, bahkan seorang yang dikasihani Leonides pun malah bebalik arah ke tangan musuh setelah Raja tak memperbolehkannya ikut berperang karena cacat fisiknya. Ia pun juga malah menunjukkan celah sempit untuk mencapai tempat persembunyian Raja. Di malam terakhir itulah, Leonides sudah merasa ketidakpastiannya akan nasib di esok hari, namun tetap saja semangat membakar seluruh jiwanya. Coba saja dengar teriakan penyemangat pasukannya yang sudah mulai berkurang, "Tonight we dine in hell, for tomorrow we're gonna fight and die!"

Buat yang menyukai film-film seperti trilogi Lord of The Ring, Kingdom of Heaven, Troy, jangan pernah melewatkan film yang satu ini. Perpaduan ketiga film tersebut namun dipoles dengan lebih halus lagi, benar-benar akan memicu adrenalin Anda. Lihat saja warna-warna yang didominasi oleh warna muram namun bold akan selalu menghiasi film dari awal sampai akhir. Atau juga sentuhan teknologi saat peperangan berlangsung. Setiap aksi yang dianggap sangat sensasional dibuat detil dan bahkan dalam slow motion untuk mempertegas setiap aksi para pelakon.

Jangan heran juga kalau di film ini Anda menemukan makhluk-makhluk aneh seperti yang Anda lihat di film trilogi Lord of The Rings. Makhluk-makhluk yang dinamakan "immortals" ini merupakan salah satu pasukan elit Xerxes yang ternyata tak membuat pasukan Sparta gentar. Bahkan, saat mendengar kabar tersebut dari pasukan Athena yang takut dengan keberadaan pasukan elit ini, Leonides malah berkomentar akan membuktikan ke-immortal-an pasukan tersebut.

Belum lagi penampilan setiap pasukan Sparta seperti layaknya prajurit Yunani, sempurna! Seperti melihat novel grafik buatan Frank Miller. Kalau sudah pernah melihat Sin City, sepertinya film ini adalah bentukan yang lebih sempurnanya. Akting Gerard Butler (Tomb Rider) sangat apik sebagai seorang raja yang berusaha menyemangati pasukannya menuju titik akhir, sebagai raja yang berkuasa akan negerinya, sebagai seorang suami yang begitu mencintai istri ("My Queen, My Lady, My Wife, My Love...") dan sebagai seorang ayah yang mengajarkan kebanggaan dan perjuangan dari awal sampai titik akhir perjuangan pada anaknya. Lena Headey sebagai Queen Gorgo (The Brothers Grimm) juga cukup bagus, sebagai perempuan yang berjuang demi suaminya. Apalagi di saat ia terpaksa menyerahkan segalanya agar suaminya bisa mendapatkan bantuan dari negeri Sparta dan tindakan tegasnya pada pengkhianat, sepertinya sulit didapat di masa perempuan tak dilirik sama sekali.

So people... "PREPARE FOR GLORY!!!"

(nita)

Lewat Tengah Malam

Setelah memicu kontroversi yang sempat membuat gonjang-ganjing dunia perfilman Indonesia, Koya Pagayo alias Nayato Vio Nuala kembali menyapa pecinta film Indonesia dengan karya terbarunya, “Lewat Tengah Malam”.

Judul film ini tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan keseluruhan cerita film. Kecuali bahwa sebagian besar adegan film ini terjadi pada malam hari, tidak ada tanda yang bisa memastikan waktu, belum atau sudah lewat tengah malam. Seperti film horor Indonesia lainnya, “Lewat Tengah Malam” juga menyajikan cerita tentang pembalasan arwah penasaran terhadap pembunuhnya, lengkap dengan adegan khas film horor Indonesia umumnya seperti lampu byar pet, pintu atau gorden tersibak-sibak angin dan seterusnya.

Diceritakan, setelah bercerai dari suaminya Tara (Catherine Wilson) membawa anaknya Alice (Joanna Alexandra) pindah ke tempat tinggal baru di sebuah apartemen. Di apartemen ini Alice menemukan banyak keganjilan. Ia diteror hantu perempuan yang pernah dibunuh papanya. Bukannya percaya, Tara justru memarahi, menyiksanya dengan mengurung Alice di kamar. Puncaknya Tara menghantam pelipis Alice dengan botol sampai anak gadisnya itu tewas. Lantas dimasukkannya mayat Alice ke dalam lemari es.

Pada satu jam pertama, film ini hampir tidak memberikan pengalaman baru pada penonton film horor Indonesia. Hampir pada semua pengadeganan film ini, Koya Pagayo hanya mengulang-ngulang film-film dia sebelumnya. Antaranya adegan dikejar-kejar hantu yang ternyata hanya berlangsung dalam mimpi, jika bukan ilusi, tokoh-tokohnya. Sehingga kesan membosankan terasa lebih kuat ketimbang rasa penasaran yang ingin disodorkan.

Tetapi, setengah jam terakhir film ini memberi kejutan yang lumayan menarik. Adegan-adegan yang pada satu jam pertama tampak sia-sia ternyata punya kaitan dengan keseluruhan cerita. Termasuk sejumlah dialog di menit-menit pertama film ini merupakan rangkaian yang tidak terputus dari seluruh misteri yang baru akan terungkap pada menit-menit terakhir secara tidak terduga. Film ini memang cenderung rumit dirunut alurnya jika penonton tidak mengikuti secara jeli setiap adegan pada satu jam pertama. Namun kerumitan tersebut disajikan secara bersahaja. Dan teknik bercerita yang agak rumit ini tampaknya menjadi pilihan tak terhindarkan untuk mencapai kepaduan dan kepadatan cerita. Resikonya penonotn remaja yang menjadi sasaran film ini akan dibuat berkerut kening.

“Lewat Tengah Malam” menunjukkan kemajuan yang cukup menggembirakan dari seorang Koya Pagayo. Kali ini ia berhasil memberi sentuhan lain pada horor Indonesia. Yakni horor dengan sudut pandang arwah gentayangan itu sendiri. Potongan-potongan adegan yang hadir dengan teknik flashback yang serba sepintas berhasil menjadikan cerita film ini utuh. Secara logika, film ini jauh lebih nyambung ketimbang film-film Koya sebelumnya.

Koya juga mampu mengarahkan akting Catherine Wilson yang relatif berhasil menghidupkan karakter seseorang yang mengidap split personality dan Joanna Alexandra sebagai gadis berwatak introvert. Meski tidak secara mulus, kedua tokoh tersebut tampil dengan karakter yang terus mengalami perkembangan. Kemajuan lain Koya pada film ini juga tampak pada detilitas yang ditampilkan, misalnya suasana di sekolah SMA yang cukup natural.

Sunday, March 11, 2007

Charlotte's Web

Judul Film: Charlotte's Web
Jenis Film: Semua umur
Pemain: Julia Roberts, Dakota Fanning, Steve Buscemi, Oprah Winfrey, Robert Redford, John Cleese, Reba McEntire.
Sutradara: Gary Winick
Penulis: Susannah Grant, Karey Kirk Patrick
Produksi: Paramount Picture
Durasi: 97 min

Bagaimana menghargai sebuah persahabatan adalah hal yang tidak mudah. Di film Charlotte Web inilah kisah-kisah persahabatan sejati bisa disaksikan. Dari segi cerita memang tidak ada sesuatu yang istimewa dalam film ini. Datar, ringan dan tak ada letupan-letupan emosi yang berarti yang membuat film ini menarik.

Kalaupun ada rasa penasaran justru datang karena keterlibatan beberapa pemain dan pengisi suara dari artis papan atas. Seperti Julia Roberts, Dakota Fanning, Steve Buscemi, Oprah Winfrey dan beberapa artis kelas atas yang trerlibat dalam pembuatan film ini.

Selebihnya, biasa-biasa saja. Seperti layaknya film anak-anak pada umumnya. Memang beberapa dialog yang digunakan dalam film ini cukup bagus dan menyentuh, namun tetap saja film ini terasa datar.

Belum lagi tokoh babi yang menjadi salah binatang yang menjadi salah satu tokoh sentral dalam film ini, sepertinya sedikit mengangu kenyamanan saat melihat film ini.Karena secara fisik, mana ada penampilan babi yang menarik, kecuali piglet salah satu tokoh babi yang dikemas dalam film kartun.

Memang, dalam film Charlotte Web ini, sosok babi dijadikan sebagai hewan yang baik dan berteman dengan seorang laba-laba yang baik juga. Namun babi tetaplah babi, yaitu binatang yang 'menggelikan'.

Dalam film ini, dikisahkan seorang anak penyuka binatang. Fern namanya. Kecintaanya terhadap binatang ini, sempat membuat orangtuanya kewalahan. Saat itu, ayah Fern yang memang seorang peternak babi akan membunuh salah satu babinya. Karena dia melihat anak babi tersebut tak mendapatkan kebutuhan akan makanan yang seharusnya di dapat dari induknya.

Fern yang merasa sangat iba itu langsung meminta anak babi itu untuk dirawatnya. Seperti layaknya seorang anak bayi, anak babi yang telah di beri nama Wilbur itu diperlakukan seperti layaknya seorang bayi manusia. Dimandikan, diberi susu, bahkan di bawa ke sekolah. Tentu saja hal ini sempat mengkhawatirkan hati orangtuanya. Akhirnya diputuskan oleh orangtua Fern bahwa anak babi itu harus dititipkan di peternakan pamannya yang tempatnya tidak jauh dari rumah Fern. Awalnya Fern menolak keinginan orangtuanya, namun dengan berbagai alasan, akhirny ia menerima usulan orangtuanya.

Saat Wilbur berada di kandang pamannya inilah terjadi kisah persahabatan antara Wilbur dengan seekor aba-laba yang bernama Charlotte. Persahabatan mereka yang begitu tulus membuat keduanya jadi contoh bagi semua binatang yang ada di peternakan tersebut. Kuda, biri-biri, sapi dan angsa yang awalnya tak mau berteman dengan Charlotte, akhirnya mengakui bahwa ia bukan sekedar binatang yang menjijikkan, tapi binatang yang penuh ketulusan dan peduli terhadap nasip temannya.

Hingga akhirnya saat yang mengerikan itu datang. Wilbur yang menyadari bahwa hidupnya tidak panjang lagi karena akan dijadikan hidangan di hari istimewa, membuatnya putus asa. Namun dengan semangat persahabatan, Charlotte dengan gigih ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa Wilbur adalah seekor anak babi yang sangat istimewa dan tidak layak untuk di bunuh. Dengan kemampuan yang dia miliki, Charlotte membuat sebuah kata penuh makna yang ia tulis dalam jaring laba-labanya. Inti dari setiap kata yang dituliskan dalam jaring laba-laba tersebut adalah charlotte ingin meyakinkan para petani bahwa Wilbur adalah babi istimewa dan pantas untuk dipertahankan.

Ternyata apa yang dilakukan Charlotte ini mengundang banyak reaksi tak hanya dari kalangan masyarakat sekitar. Tapi kejadian yang cukup menakjubkan ini tercium juga oleh media cetak yang ada di kota tersebut.Dan tersebarlah dengan luas kisah tulisan yang ada pada jaring laba-laba tersebut. Dan itu artinya usaha Charlotte agar anak babi ini bertahan hidup lebih lama bisa terwujud. Sayangnya, setelah semua permasalahan Wilbur selesai Charlotte harus mengakhiri hidupnya setelah menetaskan telurnya.

Untuk kategori film anak-anak, film Charlotte yang diangkat dari novel anak-anak karya E.B. White ini cukup mendidik, banyak pesan-pesan bagus yang disampaikan lewat dialog Charlotte dan Wilbur yang bisa jadi contoh bagi kehidupan anak-anak. Tapi bukan berarti film Charlotte ini akan disukai oleh penonton, khususnya anak-anak, karena tokoh sentral binatang yang ada dalam film ini adalah binatang yang menurut pandangan sebagian orang adalah bukan hewan yang lucu yang enak untuk dilihat. (Ida)

Charlotte's Web

Judul Film: Charlotte's Web
Jenis Film: Semua umur
Pemain: Julia Roberts, Dakota Fanning, Steve Buscemi, Oprah Winfrey, Robert Redford, John Cleese, Reba McEntire.
Sutradara: Gary Winick
Penulis: Susannah Grant, Karey Kirk Patrick
Produksi: Paramount Picture
Durasi: 97 min

Bagaimana menghargai sebuah persahabatan adalah hal yang tidak mudah. Di film Charlotte Web inilah kisah-kisah persahabatan sejati bisa disaksikan. Dari segi cerita memang tidak ada sesuatu yang istimewa dalam film ini. Datar, ringan dan tak ada letupan-letupan emosi yang berarti yang membuat film ini menarik.

Kalaupun ada rasa penasaran justru datang karena keterlibatan beberapa pemain dan pengisi suara dari artis papan atas. Seperti Julia Roberts, Dakota Fanning, Steve Buscemi, Oprah Winfrey dan beberapa artis kelas atas yang trerlibat dalam pembuatan film ini.

Selebihnya, biasa-biasa saja. Seperti layaknya film anak-anak pada umumnya. Memang beberapa dialog yang digunakan dalam film ini cukup bagus dan menyentuh, namun tetap saja film ini terasa datar.

Belum lagi tokoh babi yang menjadi salah binatang yang menjadi salah satu tokoh sentral dalam film ini, sepertinya sedikit mengangu kenyamanan saat melihat film ini.Karena secara fisik, mana ada penampilan babi yang menarik, kecuali piglet salah satu tokoh babi yang dikemas dalam film kartun.

Memang, dalam film Charlotte Web ini, sosok babi dijadikan sebagai hewan yang baik dan berteman dengan seorang laba-laba yang baik juga. Namun babi tetaplah babi, yaitu binatang yang 'menggelikan'.

Dalam film ini, dikisahkan seorang anak penyuka binatang. Fern namanya. Kecintaanya terhadap binatang ini, sempat membuat orangtuanya kewalahan. Saat itu, ayah Fern yang memang seorang peternak babi akan membunuh salah satu babinya. Karena dia melihat anak babi tersebut tak mendapatkan kebutuhan akan makanan yang seharusnya di dapat dari induknya.

Fern yang merasa sangat iba itu langsung meminta anak babi itu untuk dirawatnya. Seperti layaknya seorang anak bayi, anak babi yang telah di beri nama Wilbur itu diperlakukan seperti layaknya seorang bayi manusia. Dimandikan, diberi susu, bahkan di bawa ke sekolah. Tentu saja hal ini sempat mengkhawatirkan hati orangtuanya. Akhirnya diputuskan oleh orangtua Fern bahwa anak babi itu harus dititipkan di peternakan pamannya yang tempatnya tidak jauh dari rumah Fern. Awalnya Fern menolak keinginan orangtuanya, namun dengan berbagai alasan, akhirny ia menerima usulan orangtuanya.

Saat Wilbur berada di kandang pamannya inilah terjadi kisah persahabatan antara Wilbur dengan seekor aba-laba yang bernama Charlotte. Persahabatan mereka yang begitu tulus membuat keduanya jadi contoh bagi semua binatang yang ada di peternakan tersebut. Kuda, biri-biri, sapi dan angsa yang awalnya tak mau berteman dengan Charlotte, akhirnya mengakui bahwa ia bukan sekedar binatang yang menjijikkan, tapi binatang yang penuh ketulusan dan peduli terhadap nasip temannya.

Hingga akhirnya saat yang mengerikan itu datang. Wilbur yang menyadari bahwa hidupnya tidak panjang lagi karena akan dijadikan hidangan di hari istimewa, membuatnya putus asa. Namun dengan semangat persahabatan, Charlotte dengan gigih ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa Wilbur adalah seekor anak babi yang sangat istimewa dan tidak layak untuk di bunuh. Dengan kemampuan yang dia miliki, Charlotte membuat sebuah kata penuh makna yang ia tulis dalam jaring laba-labanya. Inti dari setiap kata yang dituliskan dalam jaring laba-laba tersebut adalah charlotte ingin meyakinkan para petani bahwa Wilbur adalah babi istimewa dan pantas untuk dipertahankan.

Ternyata apa yang dilakukan Charlotte ini mengundang banyak reaksi tak hanya dari kalangan masyarakat sekitar. Tapi kejadian yang cukup menakjubkan ini tercium juga oleh media cetak yang ada di kota tersebut.Dan tersebarlah dengan luas kisah tulisan yang ada pada jaring laba-laba tersebut. Dan itu artinya usaha Charlotte agar anak babi ini bertahan hidup lebih lama bisa terwujud. Sayangnya, setelah semua permasalahan Wilbur selesai Charlotte harus mengakhiri hidupnya setelah menetaskan telurnya.

Untuk kategori film anak-anak, film Charlotte yang diangkat dari novel anak-anak karya E.B. White ini cukup mendidik, banyak pesan-pesan bagus yang disampaikan lewat dialog Charlotte dan Wilbur yang bisa jadi contoh bagi kehidupan anak-anak. Tapi bukan berarti film Charlotte ini akan disukai oleh penonton, khususnya anak-anak, karena tokoh sentral binatang yang ada dalam film ini adalah binatang yang menurut pandangan sebagian orang adalah bukan hewan yang lucu yang enak untuk dilihat. (Ida)

Saturday, March 10, 2007

Puisi Orang Accounting

Wahai belahan jiwaku...
Debetlah cintaku di neraca hatimu
Kan ku jurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal Laporan Keuanganku
Wahai kekasih hatiku...
Jadikan aku manager investasi cintamu
Kan ku hedging kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran portofolio hatiku
Bila masa jatuh tempo tlah tiba
Jangan kau retur kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di Reksadana asmara
Berkelana di antara Aktiva dan Passiva
Wahai mutiara kalbu ku
Hanya kau lah Master Budget hatiku
Inventory cintaku yang syahdu
General Ledger ku yang tak lekang ditelan waktu

Wahai bidadariku...
Rekonsiliasikanlah hatiku dan hatimu
Seimbangkanlah neraca saldo kita
Yang membalut laporan laba rugi kita
Dan cerahkanlah laporan arus kas kita selama

Friday, March 02, 2007

Tetap Sehat Meski Mengonsumsi Junk Food

Anda terbiasa mengonsumsi junk food? Padahal Anda tahu benar bahwa junk food mengandung banyak lemak, garam dan gula, termasuk bahan tambahan pangan atau aditif sintetik untuk menimbulkan citarasa (seperti MSG). Sebab itu junk food berpotensi menimbulkan banyak penyakit seperti obesitas, rematik akibat penimbunan purin, tekanan darah tinggi, serangan jantung koroner, stroke dan kanker.

Namun bagaimana bila Anda tidak bisa menghindarinya karena aktivitas yang padat, tip berikut ini bisa Anda ikuti agar tubuh Anda tetap sehat meskipun masih mengonsumsi junk food.

Sarapan yang tepat
Mulailah hari dengan mengonsumsi menu sarapan sehat seperti jus buah, susu rendah lemak, yogurt, sereal tinggi serat, dan buah. Orang yang berpola makan tinggi serat mencerna makanan secara lambat. Akibatnya, rasa lapar tertunda dan keinginan untuk mengasup makanan berlemak berkurang.


Hindari kulit fried chicken
Sebaiknya ketika Anda mengonsumsi fried chicken buang kulitnya. Kulit ayam, terlebih lagi ayam ras adalah sumber lemak jenuh dan kolestrol. Fried chicken atau ayam goreng menggunakan teknik penggorengan deep frying berkandungan lemak bahan yang digoreng jauh lebih besar dibandingkan bahan yang digoreng dengan teknik penggorengan biasa.

Pilih Nasi
Kandungan lemak dan sodium french fries sangat tinggi, jadi saat Anda mengonsumsi junk food, pilihlah nasi. Bila Anda membeli burger carilah jenis yang lebih banyak mengandung bahan nabati dibandingkan hewani. Jika memungkinkan perbanyak isi sayurnya, seperti selada, tomat, mentimun dan sebagainya.

Potong porsi dan ukuran
Jangan mencoba berpantang makan junk food karena Anda justru makin tergoda untuk mencomotnya. Jika ingin, belilah dalam porsi kecil lalu bagilah dengan rekan di sebelah Anda.

Mulai olahraga
Olahraga akan memompa endorfin, yaitu morfin alami dalam tubuh, untuk beredar ke seluruh tubuh. Dengan berolahraga Anda jadi punya waktu sedikit untuk makan.

Music & Lyrics, Pengocok Perut Dengan Rasa Segar

Diawali klip ala 80's yang kental, lengkap dengan make up tipis pada pemain band dan lagu-lagu pop ringan, ceria mewarnai adegan awal, tak bisa tidak mengocok perut. Belum lagi latar setting klip pun ala 80's. lebih lengkap lagi dengan melihat performance Hugh Grant yang berjingkrak-jingkrak dance ala 80'an dengan "senjata" bass bersama anggota band lainnya.

Make up tipis untuk mengesankan wajah manis, rambut berjambul ala John Taylor, plus kemeja frills warna putih, benar-benar lengkap sudah klip yang muncul di awal adegan, cukup mengocok perut. Hugh Grant di film ini bermain total sebagai Alex Fletcher, salah satu "motor" penggerak band 80'an yang terkenal saat itu, "Pop" yang sayangnya kemudian tenggelam. Hanya satu di antara mereka saja yang terus berhasil dan mengeruk kekayaan dari keberhasilannya bermain solo, Colin Thompson (Scott Porter).

Adalah Alex Fletcher anggota band Pop tersebut yang mencoba menapaki karir kembali di dunia musik. Keadaan Alex saat itu tentunya sangat berbeda dari keadaannya di saat kejayaannya dulu. Di antara penolakan-penolakan pertunjukannnya, manajernya Chris Riley, merencanakan untuk mempertemukan Alex dengan seorang bintang muda yang sedang bersinar, Cora Corman (Haley Bennet), yang "katanya" perpaduan antara Britney Spears dan Christina Aguilera. Kebetulan, menurut Chris Cora adalah penggemar berat Alex dan bandnya Pop.

Maka bertemulah Alex dengan tokoh Cora yang memang penampilannya ultra seksi. Saat pertemuan itulah Cora ingin agar Alex membuatkannya sebuah lagu yang mencerminkan rasa patah hatinya yang bau saja putus dengan kekasihnya setelah menjalin asmara selama 2 bulan. Jadi, lagunya pun harus berjudul "Way Back Into Love". Masalah muncul karena kesibukan Cora yang haru melakukan tur, mengharuskan Alex menyelesaikan lagu tersebut sebelum Cora melanjutkan turnya di akhir minggu. Yang berarti Alex harus menyelesaikan lagu tersebut hanya dalam dua hari saja.

Di saat itu juga Alex yang mempekerjakan Sophie Fisher (Drew Barrymoore) sebagai penyiram tanaman di apartemennya. Tokoh Sophie yang kelihatan polos namun clumsy ini ternyata tak disangka bisa membuat untaian kata yang indah untuk menjadi lirik lagu. Inipun tak ia sadari sampai lex tanpa sengaja mendengarnya saat Alex dan manajernya sedang sibuk mencoba membuat lagu pesanan Cora. Maka tak mau buang waktu, Alex pun mengajak Sophie menjadi rekanannya dalam membuat lagu.

Merasa tak pede dengan kemampuannya, Sophie yang ternyata adalah penulis, menolak tawaran Alex dan saat ia pulang ke rumah kakaknya, Rhonda yang fans berat Alex dan band Popnya, dengan santai menceritakan tawaran tersebut plus tawaran undangan untuk melihat pertunjukan Alex di sebuah hotel. Rhonda yang "cinta mati" dengan tokoh Alex tersebut pun langsung menggamit Sophie dan memohon agar dikenalkan dengan Alex. Dari situ Sophie pun mulai setuju dengan ajakan Alex.

Dimulailah "perjuangan" merangkai kata dan nada bersama dengan Alex. Kedekatan tersebut membuat keduanya pun tak sengaja makin mengetahui "jiwa" masing-masing. Bahkan pengalaman buruk dari masing-masing karakter. Misalnya saja, Sophie yang harus makan kalau sedang lapar dan pandai membuat untaian kalimat yang berisi "penderitaannya" tersebut, atau pengalaman buruknya dengan seorang penulis terkenal yang memakai "tokoh" dirinya untuk menulis buku best seller. Sementar Sophie yang polos ini jatuh cinta dan patah hati dalam waktu yang bersamaan dengan tokoh penulis tersebut. Keinginannya untuk mengungkapkan perasaannya dan menunjukkan kalau ia baik-baik saja setelah disakiti oleh tokoh tersebut pun diceritakan pada Alex.

Tanpa sengaja, ternyata Sophie pun bertemu dengan tokoh tersebut dan mengetahui kalau buku dengan karakter dirinya akan dijadikan film. Di lain pihak Alex pun yang mantan superstar juga banyak mencicipi kehidupan biasa dari tokoh Sophie, dari kedekatannya dengan tokoh tersebut sampai dekat dengan anggota keluarga Sophie yang lain. Sophie pun juga semakin mengenal Alex yang kesehariannya ternyata sama saja dengan orang lain. Berjuang untuk mencari nafkah, dan berusaha bangkit dari kegagalan. Bangkit dari kegagalan inilah yang dipelajari Sophie dari Alex.

Akankah Sophie berhasil mengutarakan isi hatinya pada si tokoh tersebut? Apakah Alex dan Sophie juga berhasil meramu lagu yang diinginkan Cora? Melalui adegan-adegan kocak, ringan dan segar, Music & Lyrics memang bisa jadi hiburan tersendiri. Tak usah takut kalau Anda terpaksa menonton sendiri, karena film ini bisa jadi pelipur lara buat Anda yang mungkin sedang patah hati atau bosan dengan rutinitas Anda.