Tuesday, July 03, 2007

Obat Pelangsing Berbuntut Persoalan

Cantik. Terlihat seksi dan segar, bisa jadi, adalah impian setiap wanita. Tak heran, bila ada sebagian kaum hawa rela mati-matian menjaga penampilan mereka agar selalu terlihat menarik. Segala cara dilakukan asalkan semua menjadi sempurna. Kulit putih bersih. Tubuh langsing. Pendek kata: semua ideal.

Celah dan hasrat berlebih itulah yang kemudian dibidik para produsen alat-alat kecantikan. Mereka seperti tak pernah kehabisan ide untuk mengikat konsumennya. Produk baru, dengan iming-iming lebih canggih, selalu bermunculan bak jamur di musim penghujan. Padahal, barang sejenis yang ada di pasaran pun sudah naudzu billahi minjalik banyaknya.

Tapi, itulah adanya. Pasar tak pernah kehabisan pembeli. Maka, bisa dipastikan, peredaran produk-produk kecantikan sulit untuk diawasi. Dan, bisa dipastikan pula, produk ilegal paling mendominasi di pasaran, baik tradisional maupun modern.

Ironisnya, tak sedikit pula perempuan pemburu kecantikan yang mulai mengabaikan unsur kesehatan. Mereka mulai menempuh jalur instan. Mereka mulai meminum jamu sampai obat kimia secara berlebihan. Inka, misalnya. Ditemui Tim Sigi SCTV, baru-baru ini, perempuan ini mengaku, sudah tiga bulan mengkonsumsi kapsul Arma Sin Gang San--satu di antara banyak obat pelangsing tubuh.

Inka mengatakan, tiga bulan menenggak Arma bobot tubuhnya susut mendekati ideal. Tapi itu haru dibayar mahal. Sebab, dia menjadi susah tidur. Sering gelisah dan tidak doyan makan. "Karena efeknya nggak bagus, akhirnya saya stop mengkonsumsi Arma," jelas Inka.

Produk PT Warisan Jaya, Semarang, Jawa Tengah, itu memang tokcer. Harganya pun relatif murah, sekitar Rp 10 ribu per kapsul. Tapi, Badan Pengawasan Obat dan Makanan telah melarang peredaran jamu ini. Pasalnya, berdasarkan hasil uji laboratorium, Arma mengandung sibutramin hidroklorida, bahan kimia berbahaya.

Badan POM memerintahkan seluruh produk Arma segera ditarik dari pasaran karena setiap kapsul mengandung 10 miligram sibutramin. "Bahan kimia ini berefek samping berbahaya. Bisa memacu tekanan darah, denyut jantung dan membuat pemakainya sulit tidur," ungkap Kepala Badan POM Sampurno. Badan POM juga mencurigai, Arma mengandung obat psikotropika alias narkoba.

Sudah hampir sebulan sejak awal bulan kemarin, Arma dicekal. Tapi, kenyataannya, jamu kapsul bertanda generik ini masih banyak dijual, meski transaksinya sembunyi-sembunyi. Bahkan, beberapa waktu silam, ratusan buruh pembuat kapsul yang konon sudah diproduksi di Tiongkok, Cina sejak abad ke XVI itu menuntut Balai POM Semarang mencabut keputusan pelarangan penjualan Arma.

Ratusan pengunjuk rasa itu menuntut Badan POM Semarang, Jawa Tengah mengizinkan perusahaan tempat mereka kembali diizinkan beroperasi. Sebab, sejak Badan POM menemukan kapsul Arma mengandung sibutramin, pabrik ditutup dan para buruh menganggur.

Budi Prihatingsih, juragan kapsul Arma, pun berpendapat, Badan POM salah alamat mencekal produk Arma. Berbekal segepok dokumen, dia menyatakan, tudingan Arma mengandung bahan kimia tidak benar. Pembelaan itu didasarkan pada hasil uji laboratorium Balai POM Semarang yang sudah mengambil langsung sampel dari pabrik miliknya, pertengahan Mei silam.

Budi justru meyakini ada persaingan bisnis tak sehat selama ini. Buktinya, di pasaran beredar pelangsing Arma palsu. Tahun kemarin, jauh sebelum Badan POM melarang peredaran Arma, Budi mengaku, sudah melaporkan kasus pemalsuan produknya ke polisi. Itu pula yang membuat dia hakul yakin Arma yang ditemukan mengandung sibutramin bukan asli produk PT Warisan Jaya.

Dipalsukan. Begitulah dalih Budi. Bahkan buat meyakinkan Tim Sigi bila Arma produksi Warisan Jaya yang beralamat di Jalan Majapahit 248 A Semarang, tak mengandung bahan kimia berbahaya, Budi berani menenggak 20 kapsul Arma sekaligus. Dia juga sempat mengajak Tim Sigi melihat-lihat alat, bahan baku dan proses produksi jamu pelangsing ini.

Penelusuran Tim Sigi, Warisan Jaya ternyata bukan perusahaan ilegal melainkan terdaftar resmi sebagai anggota Gabungan Perusahaan Jamu Jateng sejak akhir 2002. Tapi tak berarti Warisan Jaya tak punya catatan masalah. Industri kecil ini pernah berurusan dengan Balai POM Semarang karena pelanggaran kemasan dan etiket.

Penggunaan sibutramin sebagai obat pelangsing memang masih menjadi perdebatan. Di sejumlah negara maju, sibutramin sempat dihentikan karena punya efek negatif bagi kesehatan. Ironisnya, menurut ahli gizi Peni Hartanto, di Indonesia sibutramin masih diresepkan sebagai obat pelangsing oleh sebagian dokter. Sebab obat ini juga berfungsi menghambat rangsangan saraf pusat yang berkaitan dengan rasa lapar.

Peni menambahkan, sibutramin yang masuk ke Indonesia umumnya dari India dan Cina. Dua negara ini memang menjadi penghasil sibutramin terbesar dunia hingga saat ini.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang dan Pemakai Bahan Berbahaya Philipus Soekirno menjelaskan, setiap pedagang besar farmasi dan produsen obat bisa mengimpor sibutramin. Asalkan penggunaannya dilaporkan secara berkala ke Badan POM.

Namun Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia Marius Widjajarta punya pendapat berbeda. Dia menilai, bila sibutramin maupun bahan baku obat bisa diperjualbelikan di pasar bebas, Badan POM juga harus bertanggung jawab. Soalnya, sesuai peraturan, lembaga itulah yang memberi izin masuk dan berkewajiban mengawasi setiap penggunaan bahan berbahaya agar tak jatuh ke orang yang tak berhak.(ICH)

0 comments: