Categories
Inspirational: Story
Kebanyakan orang2 di Indonesia kehidupannya sekarang sudah jauh lebih baik daripada puluhan tahun sebelumnya. Hampir disetiap rumah tangga mereka sudah memiliki TV, DVD, kulkas bahkan kendaraan bermotor, belanja pun tidak perlu di pasar kumuh lagi melainkan di Supermarket atau di Mall, tetapi tanyalah kepada diri sendiri apakah Anda bahagia dengan apa yang telah Anda raih dan dapatkan sekarang ini?
Disamping itu orang di Indonesia menilai, seseorang itu bahagia apabila ia sudah memiliki rumah segede istana, memiliki banyak mobil dan mempunyai kedudukan, walaupun kenyataannya kebanyakan orang kaya tsb hidupnya tidaklah bahagia seperti yang mereka bayangkan.
Ketika mang Ucup masih kecil, kita hidup jauh lebih sederhana, karena tidak ada barang2 elektronik yang serba canggih, tetapi pada saat itu saya merasa, bahwa hidup saya jauh lebih bahagia daripada sekarang ini. Ortu selalu mengusahakan untuk makan malam bersama walaupun terkadang menunya hanya terdiri dari nasi dan kecap saja. Ibu pun selalu meluangkan waktu untuk bercerita dan mendendangkan lagu sebelumnya kami tidur.
Tetapi bagaimana dengan ortu sekarang, boro2 untuk makan bareng, untuk ngobrol azah sudah tidak ada waktu lagi, karena suami istri harus kerja keras sampai jauh malam untuk bisa membayar cicilan rumah, mobil maupun mesin cuci, belum lagi biaya Playgroup yang sudah mencapai jutaan Rp, sehingga anak2 dirumah pun hanya di didik dan di asuh oleh para pembantu saja, mereka hanya bisa kumpul bareng kalho weekend.
Orang bisa hidup bahagia bahkan mencapai umur panjang tanpa harus memiliki harta yang berlimpah ruah. Negara-negara makmur seperti Amerika, Jepang, Jerman maupun Inggris dinilai sebagai negara dimana penduduknya TIDAK bahagia.
Sedangkan penduduk yang paling bahagia di kolong langit ialah penduduk dari pulau Vanuatu di Pasifik Selatan dengan jumlah penduduknya hanya sekitar 200 ribu orang saja. Cara hidup mereka masih terbelakang dan sangat sederhana sekali tetapi dilain pihak mereka merasa jauh lebih bahagia daripada 178 negara lainnya di dunia ini. Dan lucunya mereka merasa bahagia, karena sudah puas dan terbiasa dengan kondisi yang serba minim. Dari segi ekonomi negara ini hanya menempati peringkat ke-207 dari 233 negara; jadi benar2 kelas bawah sekali. Mungkin disinilah terbuktikan teori dari Aristoteles dimana ia mengatakan orang bisa bahagia apabila kita bisa menyesuaikan hidup dengan alam sekitarnya (secundum naturum vivere)
Penilaian ini diberikan berdasarkan hasil penelitian dari lembaga pengkajian the New Economics Foundation (NEF) dalam surveinya mengenai "Indeks Planet Bahagia" dimana mereka mengukur indeks di 178 negara.
Inggris menempati peringkat ke-108, Jerman ke-81, Jepang ke-95 dan Amerika Serikat di peringkat ke-150. Sedangkan masyarakat Indonesia masih dinilai cukup bahagia karena menempati peringkat ke-23. Oleh sebab itulah juga kenapa mang Ucup ingin hidup di Indonesia.
Sigmund Freud pernah menulis bahwa Allah menciptakan manusia dengan satu kekurangan ialah rasa bahagia yang permanen, sebab rasa bahagia itu sebenarnya hanya bisa dinikmati sejenak atau sesaat saja. Manusia baru bisa mendapatkan perasaan bahagia yang abadi, apabila ia sudah berada di sorga, sebelumnya itu kita harus berburu terus-menerus tiada akhirnya. Rasa bahagia itu tidak akan pernah bisa bertahan lebih dari beberapa hari saja.
Sebagai contoh kita merasa bahagia setelah bisa beli motor, tetapi beberapa hari kemudian kita sudah ingin punya mobil dan pada saat kita mendambakan hal yang baru lagi, berakhir pulalah rasa bahagia tsb, karena setelah impian atau cita-cita yang satu terkabulkan; pasti akan disusul oleh keinginan atau cita-cita yang berikutnya dan ini tiada akhirnya.
Dari enam perasaan emosi yang kita miliki, empat adalah emosi yang bersifat negatif: benci, sedih, takut dan marah. Hanya satu saja yang bersifat positif: senang = happy, sedangkan emosi yang ke enam adalah emosi yang bersifat netral: terkejut.
Dari semua perasaan tersebut diatas kita mengharapkan terjadinya perubahan, hanya pada saat kita "happy" atau senang baca bahagia saja, kita ingin tetap bertahan terus dan tidak mau beranjak lagi dari situ.
Perlu diketahui bahwa thermostat kadar temperatur kebahagiaan seseorang itu sebenarnya selalu stabil, sama seperti juga suhu temperatur badan kita. Apabila seorang menang loterie 100 Milyar pasti ia akan bahagia sekali dan kadar temperatur kehabagiaannya akan naik melonjak tinggi, kebalikannya apabila kita kehilangan orang yang sangat kita kasihi, maka temperatur kebahagiaan kita akan turun drop kebawah, walaupun demikian rasa bahagia maupun rasa sedih seseorang itu tidak pernah bisa lebih dari satu bulan setelah itu ia akan balik ketitik normal lagi.
Telah terbuktikan pula, bahwa orang itu akan merasa bahagia apabila ia bisa pamer dan mejeng dengan keberhasilannya. Kita akan merasa bahagia apabila kita memiliki rumah yang lebih besar dan lebih bagus daripada tetangga kita, begitu juga dengan mobil, jabatan maupun keberhasilan anak kita disekolah.
Bernard Van Praag guru besar ekonomi pernah mengadakan jajak pendapat terhadap siswa/i nya, dimana ia mengajukan pertanyaan:
Mana yang akan Anda pilih. gaji 5.000 AS$ sebulan dimana rekan2 kantor lainnya hanya mendapatkan AS$ 2.500 atau . gaji 10.000 AS$ sebulan tetapi rekan2 lainnya mendapatkan gaji AS$ 25.000
Ternyata kebanyakan responden memilih pilihan yang pertama, walaupun dari segi nilai jauh lebih rendah, tetapi dilain pihak mereka merasa jauh lebih hebat dan lebih tinggi daripara rekan2 kantor lainnya. (Sumber: Happiness Quantified).
Untuk bisa menghayatinya cobalah Anda renungkan bagaimana perasaan Anda apabila di kantor Anda mendapatkan bonus satu juta Rp sedangkan rekan2 lainnya mendapatkan dua juta Rp, pasti Anda merasa sedih dan kecewa karena merasa diperlakukan tidak adil, tetapi kebalikannya Anda akan merasa bahagia mendapatkan bonus Rp 100 ribu sedangkan rekan2 lainnya hanya mendapatkan Rp. 10 ribu. Disinilah terbuktikan bahwa sebenarnya bukan nilai uangnya yang penting untuk membuat kita bisa menjadi bahagia.
Disamping itu orang di Indonesia menilai, seseorang itu bahagia apabila ia sudah memiliki rumah segede istana, memiliki banyak mobil dan mempunyai kedudukan, walaupun kenyataannya kebanyakan orang kaya tsb hidupnya tidaklah bahagia seperti yang mereka bayangkan.
Ketika mang Ucup masih kecil, kita hidup jauh lebih sederhana, karena tidak ada barang2 elektronik yang serba canggih, tetapi pada saat itu saya merasa, bahwa hidup saya jauh lebih bahagia daripada sekarang ini. Ortu selalu mengusahakan untuk makan malam bersama walaupun terkadang menunya hanya terdiri dari nasi dan kecap saja. Ibu pun selalu meluangkan waktu untuk bercerita dan mendendangkan lagu sebelumnya kami tidur.
Tetapi bagaimana dengan ortu sekarang, boro2 untuk makan bareng, untuk ngobrol azah sudah tidak ada waktu lagi, karena suami istri harus kerja keras sampai jauh malam untuk bisa membayar cicilan rumah, mobil maupun mesin cuci, belum lagi biaya Playgroup yang sudah mencapai jutaan Rp, sehingga anak2 dirumah pun hanya di didik dan di asuh oleh para pembantu saja, mereka hanya bisa kumpul bareng kalho weekend.
Orang bisa hidup bahagia bahkan mencapai umur panjang tanpa harus memiliki harta yang berlimpah ruah. Negara-negara makmur seperti Amerika, Jepang, Jerman maupun Inggris dinilai sebagai negara dimana penduduknya TIDAK bahagia.
Sedangkan penduduk yang paling bahagia di kolong langit ialah penduduk dari pulau Vanuatu di Pasifik Selatan dengan jumlah penduduknya hanya sekitar 200 ribu orang saja. Cara hidup mereka masih terbelakang dan sangat sederhana sekali tetapi dilain pihak mereka merasa jauh lebih bahagia daripada 178 negara lainnya di dunia ini. Dan lucunya mereka merasa bahagia, karena sudah puas dan terbiasa dengan kondisi yang serba minim. Dari segi ekonomi negara ini hanya menempati peringkat ke-207 dari 233 negara; jadi benar2 kelas bawah sekali. Mungkin disinilah terbuktikan teori dari Aristoteles dimana ia mengatakan orang bisa bahagia apabila kita bisa menyesuaikan hidup dengan alam sekitarnya (secundum naturum vivere)
Penilaian ini diberikan berdasarkan hasil penelitian dari lembaga pengkajian the New Economics Foundation (NEF) dalam surveinya mengenai "Indeks Planet Bahagia" dimana mereka mengukur indeks di 178 negara.
Inggris menempati peringkat ke-108, Jerman ke-81, Jepang ke-95 dan Amerika Serikat di peringkat ke-150. Sedangkan masyarakat Indonesia masih dinilai cukup bahagia karena menempati peringkat ke-23. Oleh sebab itulah juga kenapa mang Ucup ingin hidup di Indonesia.
Sigmund Freud pernah menulis bahwa Allah menciptakan manusia dengan satu kekurangan ialah rasa bahagia yang permanen, sebab rasa bahagia itu sebenarnya hanya bisa dinikmati sejenak atau sesaat saja. Manusia baru bisa mendapatkan perasaan bahagia yang abadi, apabila ia sudah berada di sorga, sebelumnya itu kita harus berburu terus-menerus tiada akhirnya. Rasa bahagia itu tidak akan pernah bisa bertahan lebih dari beberapa hari saja.
Sebagai contoh kita merasa bahagia setelah bisa beli motor, tetapi beberapa hari kemudian kita sudah ingin punya mobil dan pada saat kita mendambakan hal yang baru lagi, berakhir pulalah rasa bahagia tsb, karena setelah impian atau cita-cita yang satu terkabulkan; pasti akan disusul oleh keinginan atau cita-cita yang berikutnya dan ini tiada akhirnya.
Dari enam perasaan emosi yang kita miliki, empat adalah emosi yang bersifat negatif: benci, sedih, takut dan marah. Hanya satu saja yang bersifat positif: senang = happy, sedangkan emosi yang ke enam adalah emosi yang bersifat netral: terkejut.
Dari semua perasaan tersebut diatas kita mengharapkan terjadinya perubahan, hanya pada saat kita "happy" atau senang baca bahagia saja, kita ingin tetap bertahan terus dan tidak mau beranjak lagi dari situ.
Perlu diketahui bahwa thermostat kadar temperatur kebahagiaan seseorang itu sebenarnya selalu stabil, sama seperti juga suhu temperatur badan kita. Apabila seorang menang loterie 100 Milyar pasti ia akan bahagia sekali dan kadar temperatur kehabagiaannya akan naik melonjak tinggi, kebalikannya apabila kita kehilangan orang yang sangat kita kasihi, maka temperatur kebahagiaan kita akan turun drop kebawah, walaupun demikian rasa bahagia maupun rasa sedih seseorang itu tidak pernah bisa lebih dari satu bulan setelah itu ia akan balik ketitik normal lagi.
Telah terbuktikan pula, bahwa orang itu akan merasa bahagia apabila ia bisa pamer dan mejeng dengan keberhasilannya. Kita akan merasa bahagia apabila kita memiliki rumah yang lebih besar dan lebih bagus daripada tetangga kita, begitu juga dengan mobil, jabatan maupun keberhasilan anak kita disekolah.
Bernard Van Praag guru besar ekonomi pernah mengadakan jajak pendapat terhadap siswa/i nya, dimana ia mengajukan pertanyaan:
Mana yang akan Anda pilih. gaji 5.000 AS$ sebulan dimana rekan2 kantor lainnya hanya mendapatkan AS$ 2.500 atau . gaji 10.000 AS$ sebulan tetapi rekan2 lainnya mendapatkan gaji AS$ 25.000
Ternyata kebanyakan responden memilih pilihan yang pertama, walaupun dari segi nilai jauh lebih rendah, tetapi dilain pihak mereka merasa jauh lebih hebat dan lebih tinggi daripara rekan2 kantor lainnya. (Sumber: Happiness Quantified).
Untuk bisa menghayatinya cobalah Anda renungkan bagaimana perasaan Anda apabila di kantor Anda mendapatkan bonus satu juta Rp sedangkan rekan2 lainnya mendapatkan dua juta Rp, pasti Anda merasa sedih dan kecewa karena merasa diperlakukan tidak adil, tetapi kebalikannya Anda akan merasa bahagia mendapatkan bonus Rp 100 ribu sedangkan rekan2 lainnya hanya mendapatkan Rp. 10 ribu. Disinilah terbuktikan bahwa sebenarnya bukan nilai uangnya yang penting untuk membuat kita bisa menjadi bahagia.
0 comments:
Post a Comment