Categories
Hobbiest: Review
Directed by : Peter Webber
Screenplay : Thomas Harris
Genre : Drama / Horror / Thriller
Runtime : 117 min
Casts : Gaspard Ulliel, Gong Li, Dominic West, Rhys Ifans
Kalau Anda sudah pernah menonton
Silence of The Lambs, Hannibal, Red Dragon, rasanya kurang pas kalau tidak menonton film yang satu ini. Sepertinya penulis cerita ingin mengurutkan setiap kejadian dengan menjadikan Hannibal Lecter sebagai tokoh sentral, atau setidaknya terinspirasi dengan tokoh ini.
Simak saja, mula dari Silence of The Lambs, pencarian pembunuh yang melakukan pembunuhan berantai dengan cara yang unik, kejam, yang ternyata dimentor oleh si tokoh Hannibal lewat penjara. Sementara di film Hannibal, tokoh ini muncul secara sempurna dan beraksi dengan caranya sendiri pula. Orisinal dan lain dari gaya Silence. Ini dikarenakan di film ini Hannibal melanjutkan cerita di Silence dimana ia berhasil melarikan diri. Di film ini merupakan pengejaran yang dilakukan Clarice Starling, agen FBI yang berhasil menangkap tokoh pembunuh di film sebelumnya (namun di film ini dilakukan oleh Julianne Moore, setelah sebelumnya diperankan oleh Jodie Foster.
Sedangkan di film Red Dragon lebih diceritakan tentang tokoh yang terinspirasi oleh gaya pembunuhan tokoh Hannibal namun dilakukan secara random/acak. Kesemua film ini memang terinspirasi oleh si tokoh Hannibal, seorang yang bergaya classy, maskulin, gentlemen. Saking gentlemennya, ia pun memilih korbannya berdasarkan karakter si korban. Jika korban adalah orang yang berwatak baik, biasanya ia pun akan membunuhnya dengan cara yang lebih "berkelas", namun jika korbannya seorang yang kejam, cara yang ia pilih pun akan sama kejam atau malah lebih kejam lagi.
Apa yang dicoba dikupas di film ini adalah mencoba menjelaskan mengapa Hannibal menjadi sosok demikian? Alasan apa yang membuat ia menjadi seorangyang dingin, kejam sekaligus kharismatik? Diangkat dari novel penulis best selling Thomas Harris yang menulis screenplay film ini setelah sebelumnya ia pun menulis untuk Red Dragon dan Silence of the Lambs.
Cerita bermula di daerah Eropa Timur dengan setting pada akhir Perang Dunia kedua. Sebagaimana layaknya setting perang, di mana korban yang sebenarnya adalah kelompok sipil, sama seperti si Hannibal kecil ini. Setelah terpaksa menyaksikan bagaimana kedua orangtuanya terbunuh dengan cara yang kejam, ia pun tertinggal sendiri bersama adik perempuannya. Namun, apa dinyana, setelahnya pun ia masih harus menyaksikan adegan kejam yang membuatnya juga harus berusaha untuk tetap hidup.
Perjuangannya untuk tetap hidup itulah yang membuatnya semakin lama semakin kejam. Karena tak ada jalan lain, jika ingin tetap survive, namun, yang tak disadari, kekejaman yang berulang kali dihadapi saat ia masih kecilpun membuatnya menjadi "lain". Perjalanannya pun berganti ke sebuah rumah piatu yang dulu milik orangtuanya. Dari rumah piatu pun ia kabur menuju ke rumah pamannya yang ternyata sudah meninggal dan hanya dapat menemui bibinya yang berbangsa Jepang. Janda cantik, lembut hati inilah yang berusaha untuk menghapus mimpi buruk yang menimpa tokoh Hannibal muda ini.
Lady Murasaki (Gong Li) bukannya tidak mengetahui keadaan Hannibal yang pendiam namun punya segala macam perasaan yang dipendamnya. Untuk mengisi hari dan untuk mendekatkannya dengan Hannibal, ia pun memperkenalkan beberapa budaya Jepang yang dibawanya ke kastil pamannya tersebut. Misalnya saja, ritual membersihkan pedang samurai peninggalan leluhurnya tiap hari kelahiran leluhurnya tersebut. Di salah satu sudut kastilnya itu ternyata Hannibal pun membuat semacam tempat ritual yang sama dengan bibinya tersebut.
Yang tidak diketahui oleh bibinya yang baik hati itu adalah sudah adanya bibit ingin balas dendam di hati Hannibal. Bahkan dengan ilmu bela diri yang didapatnya dari Lady Murasaki tersebut, Hannibal mulai "mempraktekkan" keahliannya melalui orang yang mengganggu bibinya yang ia sayangi tersebut.
Salah satu keinginan Hannibal yang terus digalinya itu juga adalah keinginannya untuk mengingat kembali trauma masa kecilnya yang berhubungan dengan nasib adiknya, Mischa. Berbagai potongan mimpi buruk yang dialaminya setiap malam dirasanya tak cukup untuk menyusunnya menjadi satu potongan puzzle yang lengkap akan nasib adiknya tersebut.
Karena biaya yang tinggi dan nasib, Lady Murasaki pun terpaksa keluar dari kastil dan pindah sebuah apartemen di tengah kota, sementara Hannibal karena kepandaiannya pun ia berhasil bersekolah di sebuah sekolah kedokteran melalui beasiswa yang berhasil diperolehnya. Di dunia kedokteran itulah Hannibal mendapatkan banyak ilmu anatomi yang disukainya. Sebagai anak yang pendiam, rajin, tekun dan lebih banyak menghabiskan waktu di asrama sekolah atau di lab, membuat sosok ini tak mempunyai teman.
Tokoh dari kepolisian, Inspektur Popil (Dominic West) yang sebelumnya telah menyelidiki pembunuhan yang terjadi di daerah tempat kastil peninggalan pamannya dulu, ternyat amasih menyorot sosok Hannibal ini. Karena sama-sama kehilangan keluarga saat perang dulu, Popil pun mencurigai Hannibal melakukan pembunuhan. Balas dendam Hannibal pun dimulai, dengan perlahan namun pasti, Hannibal pun melacak keberadaan orang-orang yang dulu menghabisi keluarganya. Dan satu per satu kesemua tokoh itu didatangi Hannibal untuk membayar perlakuannya dulu.
Jejak Hannibal dalam melakukan balas dendam pun awalnya tak tercium oleh Inspektur Popil ini. Namun, setelah mulai banyaknya pembunuhan yang tak jelas, Popil pun semakin mencurigai Hannibal. Di sinilah tokoh Hannibal mulai muncul. Tokoh pembunuh berdarah dingin, cukup jeli dan mempelajari korban terlebih dulu sebelum melakukan penyerangan, sampai dengan "memakan" salah satu anggota tubuh korban juga diceritakan dengan cukup gamblang di sini.
Film yang dibesut oleh Peter Webber ini cukup menegangkan, meski jika dibandingkan dengan film-film yang mengetengahkan Hannibal sebelumnya, film ini seperti kurang greget. Ada beberapa ide cerita yang sepertinya sedikit tidak "masuk" dan setengah "dipaksakan". Namun secara menyeluruh, cukuplah untuk menjelaskan mengapa Hannibal menjadi tokoh pembunuh yang "istimewa".
Pemeran Hannibal muda, aktor asal Perancis, Gaspard Ulliel pun cukup baik memainkan peran Hannibal, apalagi ditambah dengan wajah muda dan dinginnya yang cukup pandai merubah airmukanya. dari innocent sampai menjadi mengerikan, meski sama-sama "diam" nya. Film ini cukup menghibur dengan ide ceritanya. Ditambah dengan scene-scene yang diambil dengan latar belakang kota Eropa yang indah dan dilatarbelakangi lagu-lagu klasik cukup memberikan "spirit" tersendiri pada film ini. (nita)
Screenplay : Thomas Harris
Genre : Drama / Horror / Thriller
Runtime : 117 min
Casts : Gaspard Ulliel, Gong Li, Dominic West, Rhys Ifans
Kalau Anda sudah pernah menonton
Silence of The Lambs, Hannibal, Red Dragon, rasanya kurang pas kalau tidak menonton film yang satu ini. Sepertinya penulis cerita ingin mengurutkan setiap kejadian dengan menjadikan Hannibal Lecter sebagai tokoh sentral, atau setidaknya terinspirasi dengan tokoh ini.
Simak saja, mula dari Silence of The Lambs, pencarian pembunuh yang melakukan pembunuhan berantai dengan cara yang unik, kejam, yang ternyata dimentor oleh si tokoh Hannibal lewat penjara. Sementara di film Hannibal, tokoh ini muncul secara sempurna dan beraksi dengan caranya sendiri pula. Orisinal dan lain dari gaya Silence. Ini dikarenakan di film ini Hannibal melanjutkan cerita di Silence dimana ia berhasil melarikan diri. Di film ini merupakan pengejaran yang dilakukan Clarice Starling, agen FBI yang berhasil menangkap tokoh pembunuh di film sebelumnya (namun di film ini dilakukan oleh Julianne Moore, setelah sebelumnya diperankan oleh Jodie Foster.
Sedangkan di film Red Dragon lebih diceritakan tentang tokoh yang terinspirasi oleh gaya pembunuhan tokoh Hannibal namun dilakukan secara random/acak. Kesemua film ini memang terinspirasi oleh si tokoh Hannibal, seorang yang bergaya classy, maskulin, gentlemen. Saking gentlemennya, ia pun memilih korbannya berdasarkan karakter si korban. Jika korban adalah orang yang berwatak baik, biasanya ia pun akan membunuhnya dengan cara yang lebih "berkelas", namun jika korbannya seorang yang kejam, cara yang ia pilih pun akan sama kejam atau malah lebih kejam lagi.
Apa yang dicoba dikupas di film ini adalah mencoba menjelaskan mengapa Hannibal menjadi sosok demikian? Alasan apa yang membuat ia menjadi seorangyang dingin, kejam sekaligus kharismatik? Diangkat dari novel penulis best selling Thomas Harris yang menulis screenplay film ini setelah sebelumnya ia pun menulis untuk Red Dragon dan Silence of the Lambs.
Cerita bermula di daerah Eropa Timur dengan setting pada akhir Perang Dunia kedua. Sebagaimana layaknya setting perang, di mana korban yang sebenarnya adalah kelompok sipil, sama seperti si Hannibal kecil ini. Setelah terpaksa menyaksikan bagaimana kedua orangtuanya terbunuh dengan cara yang kejam, ia pun tertinggal sendiri bersama adik perempuannya. Namun, apa dinyana, setelahnya pun ia masih harus menyaksikan adegan kejam yang membuatnya juga harus berusaha untuk tetap hidup.
Perjuangannya untuk tetap hidup itulah yang membuatnya semakin lama semakin kejam. Karena tak ada jalan lain, jika ingin tetap survive, namun, yang tak disadari, kekejaman yang berulang kali dihadapi saat ia masih kecilpun membuatnya menjadi "lain". Perjalanannya pun berganti ke sebuah rumah piatu yang dulu milik orangtuanya. Dari rumah piatu pun ia kabur menuju ke rumah pamannya yang ternyata sudah meninggal dan hanya dapat menemui bibinya yang berbangsa Jepang. Janda cantik, lembut hati inilah yang berusaha untuk menghapus mimpi buruk yang menimpa tokoh Hannibal muda ini.
Lady Murasaki (Gong Li) bukannya tidak mengetahui keadaan Hannibal yang pendiam namun punya segala macam perasaan yang dipendamnya. Untuk mengisi hari dan untuk mendekatkannya dengan Hannibal, ia pun memperkenalkan beberapa budaya Jepang yang dibawanya ke kastil pamannya tersebut. Misalnya saja, ritual membersihkan pedang samurai peninggalan leluhurnya tiap hari kelahiran leluhurnya tersebut. Di salah satu sudut kastilnya itu ternyata Hannibal pun membuat semacam tempat ritual yang sama dengan bibinya tersebut.
Yang tidak diketahui oleh bibinya yang baik hati itu adalah sudah adanya bibit ingin balas dendam di hati Hannibal. Bahkan dengan ilmu bela diri yang didapatnya dari Lady Murasaki tersebut, Hannibal mulai "mempraktekkan" keahliannya melalui orang yang mengganggu bibinya yang ia sayangi tersebut.
Salah satu keinginan Hannibal yang terus digalinya itu juga adalah keinginannya untuk mengingat kembali trauma masa kecilnya yang berhubungan dengan nasib adiknya, Mischa. Berbagai potongan mimpi buruk yang dialaminya setiap malam dirasanya tak cukup untuk menyusunnya menjadi satu potongan puzzle yang lengkap akan nasib adiknya tersebut.
Karena biaya yang tinggi dan nasib, Lady Murasaki pun terpaksa keluar dari kastil dan pindah sebuah apartemen di tengah kota, sementara Hannibal karena kepandaiannya pun ia berhasil bersekolah di sebuah sekolah kedokteran melalui beasiswa yang berhasil diperolehnya. Di dunia kedokteran itulah Hannibal mendapatkan banyak ilmu anatomi yang disukainya. Sebagai anak yang pendiam, rajin, tekun dan lebih banyak menghabiskan waktu di asrama sekolah atau di lab, membuat sosok ini tak mempunyai teman.
Tokoh dari kepolisian, Inspektur Popil (Dominic West) yang sebelumnya telah menyelidiki pembunuhan yang terjadi di daerah tempat kastil peninggalan pamannya dulu, ternyat amasih menyorot sosok Hannibal ini. Karena sama-sama kehilangan keluarga saat perang dulu, Popil pun mencurigai Hannibal melakukan pembunuhan. Balas dendam Hannibal pun dimulai, dengan perlahan namun pasti, Hannibal pun melacak keberadaan orang-orang yang dulu menghabisi keluarganya. Dan satu per satu kesemua tokoh itu didatangi Hannibal untuk membayar perlakuannya dulu.
Jejak Hannibal dalam melakukan balas dendam pun awalnya tak tercium oleh Inspektur Popil ini. Namun, setelah mulai banyaknya pembunuhan yang tak jelas, Popil pun semakin mencurigai Hannibal. Di sinilah tokoh Hannibal mulai muncul. Tokoh pembunuh berdarah dingin, cukup jeli dan mempelajari korban terlebih dulu sebelum melakukan penyerangan, sampai dengan "memakan" salah satu anggota tubuh korban juga diceritakan dengan cukup gamblang di sini.
Film yang dibesut oleh Peter Webber ini cukup menegangkan, meski jika dibandingkan dengan film-film yang mengetengahkan Hannibal sebelumnya, film ini seperti kurang greget. Ada beberapa ide cerita yang sepertinya sedikit tidak "masuk" dan setengah "dipaksakan". Namun secara menyeluruh, cukuplah untuk menjelaskan mengapa Hannibal menjadi tokoh pembunuh yang "istimewa".
Pemeran Hannibal muda, aktor asal Perancis, Gaspard Ulliel pun cukup baik memainkan peran Hannibal, apalagi ditambah dengan wajah muda dan dinginnya yang cukup pandai merubah airmukanya. dari innocent sampai menjadi mengerikan, meski sama-sama "diam" nya. Film ini cukup menghibur dengan ide ceritanya. Ditambah dengan scene-scene yang diambil dengan latar belakang kota Eropa yang indah dan dilatarbelakangi lagu-lagu klasik cukup memberikan "spirit" tersendiri pada film ini. (nita)
0 comments:
Post a Comment