Categories
Others: Chit Chat
Judul Film: Curse of the Golden Flower
Pemain: Chow Yun-Fat, Gong Li, Jay Chou
Sutradara: Zhang Yimou
Penulis: Zhang Yimou
Jenis Film: Drama
Durasi: 114 menit
Penuh intrik, pengkhianatan, cinta dan perseteruan mewarnai film Curse of the Golden Flower yang diperankan oleh Chow Yun-Fat dan Gong Li. Nuansa kerajaan Cina pada 1000 tahun yang lalu ini sangat mendominasi film garapan Zhang Yimou. Pengambilan gambar yang di ambil secara detail membuat film ini tampak begitu megah. Tak hanya dekorasi kerajaan yang disulap sedemikian rupa sehingga menggambarkan kekayaan raja zaman dulu, tapi semua penghuni kerajan dan pernak pernik perlengkapan serta ritual-ritual yang dilakukan sebuah kerajaan besar zaman dulu benar-benar terwakili dalam film ini.
Film ini diawali dengan kisah persiapan sebuah kerajaan saat akan menyelenggarakan sebuah pesta bunga. Pada pesta bunga itu juga akan diumumkan siapa gerangan yang akan menduduki jabatan sebagai pengganti raja.
Hampir seluruh penghuni kerajaan disibukkan dengan persiapan tersebut. Namun, dibalik gegap gempita dalam penyambutan pesta bunga tersebut, sang permaisuri (Gong Li) mengalami depresi yang luar biasa. Sudah hampir 10 tahun ia diperintahkan sang raja (Chow Yun-Fat)untuk meminum ramuan jamu yang telah diracik khusus oleh tabib kerajaan.
Permaisuri yang tak bisa menolak perintah raja itu akhirnya dengan sembunyi-sembunyi meminta bantuan istri sang tabib untuk menyelidiki isi dari ramuan jamu yang diminumnya tersebut. Betapa terkejutnya permaisuri saat mendapati kenyataan bahwa salah satu isi ramuan tersebut bisa membuatnya jadi gila jika diminum dalam kurun waktu yang lama.
Permaisuri tak bisa berbuat apa-apa selain menyusun sebuah rencana kudeta. Waktu yang dipilih adalah pada saat perayaan pesta bunga. Ternyata dalam kurun waktu 10 tahun itu, permaisuri memang telah menyiapkan sebuah rencana besar. Setiap hari sang permaisuri menyulam sebuah kain bergambar bunga yang nantinya akan dijadikan simbol pasukan yang berpihak padanya.
Beserta anaknya ia menjalankan kudeta tersebut. Awalnya memang sang anak menolak untuk melakukan kudeta. Namun saat ia mengetahui ibu yang dia cintai itu harus meminum ramuan jamu yang mematikan, ia berjanji pada sang ibu akan mendukung rencana kudeta yang dilakukan ibunya.
Perang saudarapun tak bisa dielakkan lagi. Namun kudeta tersebut gagal setelah anak tirinya yang juga kekasih gelap sang permaisuri mengetahui rencana kudeta dan melaporkan rencana tersebut pada sang raja.
Karena merasa gagal membantu sang ibu dan demi kecintaan kepada ibunya sang anak mengakhiri hidupnya dihadapan sang raja. Keputusan sang anak inipun diikuti oleh permaisuri. Adegan ini sekaligus menjadi akhir pada film ini. Sepertinya sang sutradara ingin menyampaikan bahwa adegan ini merupakan simbol berakhirnya kejayaan Dinasti Tang.
Secara keseluruhan film ini cukup bagus, pengambilan gambar dari berbagai sudut dan properti yang sangat menunjang digarap dengan apik oleh Zhang Yimou. Hasilnya, atmosfir zaman Dinasti Tang tergambar dengan sempurna. Kemegahan dan kejayaan pada zaman itu dapat di fisualisasikan dengan baik.
Belum lagi di dukung oleh kepiawaian akting Chow Yun-Fat dan Gong Li, tentunya sangat menunjang keberhasilan film ini. Sebagai kilas balik, beberapa film Chow Yun-Fat yang mampu menyedot penikmat film antara lain Crouching Tiger, Hidden Drago, Anna & The King dan beberapa film lain yang patut diperhitungkan. Dalam film yang ia bintangi kali inipun Chow Yun-Fat masih memerankan figur seorang kaisar dengan gaya kepemimpinan yang diktator dan punya kemahiran dalam berperang sehingga tak ada seorangpun yang mampu menandingi.
Sementara Gong Li yang juga beberapa kali membintangi film garapan Zhang Yimou juga tak kalah menariknya saat memerankan tokoh permaisuri dalam film ini. Ekspresi dan akting Gong Li sepertinya memang pas jika ia memerankan tokoh dalam film film yang bernuansa kerajaan.
Inti yang tersirat dalam film ini tergambar dengan jelas bahwa perseteruan antara Raja dan Ratu, antara Ayah melawan putra-putranya, yang berakibat pada pecahnya sebuah kerajaan besar. (Ida)
Pemain: Chow Yun-Fat, Gong Li, Jay Chou
Sutradara: Zhang Yimou
Penulis: Zhang Yimou
Jenis Film: Drama
Durasi: 114 menit
Penuh intrik, pengkhianatan, cinta dan perseteruan mewarnai film Curse of the Golden Flower yang diperankan oleh Chow Yun-Fat dan Gong Li. Nuansa kerajaan Cina pada 1000 tahun yang lalu ini sangat mendominasi film garapan Zhang Yimou. Pengambilan gambar yang di ambil secara detail membuat film ini tampak begitu megah. Tak hanya dekorasi kerajaan yang disulap sedemikian rupa sehingga menggambarkan kekayaan raja zaman dulu, tapi semua penghuni kerajan dan pernak pernik perlengkapan serta ritual-ritual yang dilakukan sebuah kerajaan besar zaman dulu benar-benar terwakili dalam film ini.
Film ini diawali dengan kisah persiapan sebuah kerajaan saat akan menyelenggarakan sebuah pesta bunga. Pada pesta bunga itu juga akan diumumkan siapa gerangan yang akan menduduki jabatan sebagai pengganti raja.
Hampir seluruh penghuni kerajaan disibukkan dengan persiapan tersebut. Namun, dibalik gegap gempita dalam penyambutan pesta bunga tersebut, sang permaisuri (Gong Li) mengalami depresi yang luar biasa. Sudah hampir 10 tahun ia diperintahkan sang raja (Chow Yun-Fat)untuk meminum ramuan jamu yang telah diracik khusus oleh tabib kerajaan.
Permaisuri yang tak bisa menolak perintah raja itu akhirnya dengan sembunyi-sembunyi meminta bantuan istri sang tabib untuk menyelidiki isi dari ramuan jamu yang diminumnya tersebut. Betapa terkejutnya permaisuri saat mendapati kenyataan bahwa salah satu isi ramuan tersebut bisa membuatnya jadi gila jika diminum dalam kurun waktu yang lama.
Permaisuri tak bisa berbuat apa-apa selain menyusun sebuah rencana kudeta. Waktu yang dipilih adalah pada saat perayaan pesta bunga. Ternyata dalam kurun waktu 10 tahun itu, permaisuri memang telah menyiapkan sebuah rencana besar. Setiap hari sang permaisuri menyulam sebuah kain bergambar bunga yang nantinya akan dijadikan simbol pasukan yang berpihak padanya.
Beserta anaknya ia menjalankan kudeta tersebut. Awalnya memang sang anak menolak untuk melakukan kudeta. Namun saat ia mengetahui ibu yang dia cintai itu harus meminum ramuan jamu yang mematikan, ia berjanji pada sang ibu akan mendukung rencana kudeta yang dilakukan ibunya.
Perang saudarapun tak bisa dielakkan lagi. Namun kudeta tersebut gagal setelah anak tirinya yang juga kekasih gelap sang permaisuri mengetahui rencana kudeta dan melaporkan rencana tersebut pada sang raja.
Karena merasa gagal membantu sang ibu dan demi kecintaan kepada ibunya sang anak mengakhiri hidupnya dihadapan sang raja. Keputusan sang anak inipun diikuti oleh permaisuri. Adegan ini sekaligus menjadi akhir pada film ini. Sepertinya sang sutradara ingin menyampaikan bahwa adegan ini merupakan simbol berakhirnya kejayaan Dinasti Tang.
Secara keseluruhan film ini cukup bagus, pengambilan gambar dari berbagai sudut dan properti yang sangat menunjang digarap dengan apik oleh Zhang Yimou. Hasilnya, atmosfir zaman Dinasti Tang tergambar dengan sempurna. Kemegahan dan kejayaan pada zaman itu dapat di fisualisasikan dengan baik.
Belum lagi di dukung oleh kepiawaian akting Chow Yun-Fat dan Gong Li, tentunya sangat menunjang keberhasilan film ini. Sebagai kilas balik, beberapa film Chow Yun-Fat yang mampu menyedot penikmat film antara lain Crouching Tiger, Hidden Drago, Anna & The King dan beberapa film lain yang patut diperhitungkan. Dalam film yang ia bintangi kali inipun Chow Yun-Fat masih memerankan figur seorang kaisar dengan gaya kepemimpinan yang diktator dan punya kemahiran dalam berperang sehingga tak ada seorangpun yang mampu menandingi.
Sementara Gong Li yang juga beberapa kali membintangi film garapan Zhang Yimou juga tak kalah menariknya saat memerankan tokoh permaisuri dalam film ini. Ekspresi dan akting Gong Li sepertinya memang pas jika ia memerankan tokoh dalam film film yang bernuansa kerajaan.
Inti yang tersirat dalam film ini tergambar dengan jelas bahwa perseteruan antara Raja dan Ratu, antara Ayah melawan putra-putranya, yang berakibat pada pecahnya sebuah kerajaan besar. (Ida)
0 comments:
Post a Comment