Categories
Hobbiest: Review
Film : Sunshine
Directed by : Danny Boyle
Written by : Alex Garland
Production : Fox Searchlight Pictures & DNA Films
Casts : Rose Byrne, Cliff Curtis, Chris Evans, Troy Garity, Cillian Murphy, Hiroyuki Sanada, Mark Strong, Benedict Wong, Michelle Yeoh
Stars do not live forever.
One dies in the universe every second
Our closest star, the Sun, is a nuclear fusion reactor the size of a million Earths.
It burns 600 million tons of hydrogen per second
Scientists estmate the Sun has enough fuel to burn for another five billion years.
What would happen to the Earth if it doesn't?
What would happen to mankind?....
Sekitar 50 tahun dari saat ini, matahari mulai meredup dan sebagai hasilnya kehidupan di bumi pun terkena imbasnya. Jika matahari sebagai salah satu bintang yang ada di jagad raya ini mati, maka tentunya kehidupan di bumi pun juga sampai pada akhir. Karena itulah para ilmuwan berkesimpulan untuk mengirim sebuah tim astronot yang bertugas "menghidupkan" matahari dengan mengirimkan sebuah bom nuklir sebesar pulau Manhattan untuk me-restart matahari agar kembali "hidup".
Adalah sebuah narasi yang mengantarkan kita pada awal cerita. Diceritakan kalau matahari saat ini sedang sekarat, matahari sebagai salah satu bintang pastinya bisa "mati". Dan matahari pun saat ini sudah memulai proses kematiannya. Mau tak mau kehidupan di Bumi pun terancam punah. Karena itulah seorang ilmuwan berkesimpulan untuk mengirimkan sebuah bom yang akan menjadi starter bagi matahari untuk kembali hidup.
Tim yang berangkat dengan pesawat bernama Icarus pun diberangkatkan dengan tujuan ke matahari untuk mengirimkan bom tersebut. Namun apa dinyana, justru tim yang berawak 8 astronot ini malah hilang tak tentu rimbanya di jagad raya. Karena itulah Bumi kembali mengirimkan 9 astronot dari Bumi untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan mengirimkan Icarus II. Kaneda (Hiroyuki Sanada), sang kapten kapal, Searle (Cliff Curtis), Capa (Cillian Murphy) yang bertugas untuk mengirimkan dan menyalakan bom yang dibawa oleh Icarus II, Mace (Chris Evans) sang teknisi, Cassie (Rose Byrne), Corazon (Michelle Yeoh) bertugas merawat hutan hijau sebagai produsen oksigen di kapal, Harvey (Troy Garity), dan Trey (Benedict Wong) sebagai awaknya.
Masing-masing dengan tugasnya masing-masing, namun dengan tujuan yang sama yaitu menyelamatkan dunia dari bencana dengan mengirimkan bom dengan satu harapan, matahari dapat "hidup" kembali. Di awal cerita, kehidupan para awak berlangsung tenang. Hingga satu saat, mereka masuk ke dead zone, di mana mereka tak bisa lagi mengirimkan pesan ke bumi via bulan. Ada ketegangan yang timbul antara Mace dan Capa yang bersitegang karena masalah pengiriman pesan terakhir ke bulan.
Saat mereka melewati orbit Merkurius, ternyata mereka menemukan pesan yang dicurigai adalah pesan dari Icarus I. Sementara Icarus I telah dianggap hilang selama 7 tahun yang lalu. Namun, dengan berbagai macam perhitungan, dan berdasarkan perhitungan Capa, bahwa dua bom akan lebih baik dari 1 bom, maka mereka pun berbalik arah mencari Icarus I dengan berbekal pesan yang ditangkap oleh Icarus II.
Namun, disinilah dimulai segala macam bencana yang harus mereka hadapi. Trey yang bertugas untuk memutar balik pesawat Icarus II ini ternyata salah perhitungan. Karena kesalahan koordinat inilah Icarus II mengalami kerusakan yang cukup hebat. Sehingga diperlukan pemeriksaan secara manual. Saat Kaneda menginginkan 2 sukarelawan, Mace yang sebelumnya sudah kesal dengan Capa apalagi keputusan berbalik arah ini pun karena pertimbangan Capa, maka ia pun mengajukan Capa menjadi salah satu sukarelawan yang harus keluar pesawat untuk men-cek kerusakan kapal yang ada.
Maka Capa dan Kaneda lah yang keluar untuk mengecek kerusakan. Sementara Trey pun terlihat sangat stres karena merasa karena kesalahannyalah segalanya terjadi. Keluarnya dua awak inipun bukannya tanpa resiko, jika mereka keluar dan salah perhitungannya bisa-bisa nyawa jadi taruhannya. Pun ketika itu terjadi kejadian yang semakin membuat Trey depresi hingga ia harus dibius agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Keinginan untuk bunuh diri semakin kuat saat kejadian tersebut terjadi. Belum lagi ditambah dengan hancurnya kebun hijau yang berarti mereka kehilangan produksi oksigen di pesawat tersebut. Belum lagi sarana komunikasi yang dipersiapkan untuk mereka berkomunikasi saat kepulangan pun rusak berat. Maka tak ada pilihan lain, mereka mau tak mau harus menemukan Icarus I untuk mendapatkan tambahan oksigen dan harapan menemukan pesawat dengan kondisi yang lebih baik dari Icarus II.
Singkat cerita, ternyata mereka pun berhasil menemukan pesawat Icarus I. Namun yang mereka tak ketahui adalah apa yang terjadi pada Icarus I sehingga misi ke matahari gagal? Apa yang akan mereka temukan di sana dan putusan apa yang terpaksa harus mereka ambil? Inilah yang dikupas sepanjang film.
Keadaan terpaksa membuat putusan terbaik yang bisa mereka ambil dengan tujuan menyelamatkan matahari meskipun kemungkinannya juga belum bisa ditebak apakah mereka akan dapat berhasil atau tidak "menghidupkan" kembali sang matahari. Dengan penemuan Icarus I pun mereka banyak menemukan tanda tanya mengapa Icarus I gagal menyelesaikan misi. belum lagi konflik di antara awak pun timbul saat kesulitan muncul. Kebanyakan awak merasa putusan yang diambil Kaneda berdasarkan perhitungan Capa berbahaya sehingga banyak ditentang. Bahkan Mace pun merasa kalau kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi ini disebabkan karena putusan Capa yang dianggap menginginkan agar mereka berbalik arah.
Kecelakaan demi kecelakaan dan keanehan demi keanehan pun terjadi. Psikologis para awak pun seperti dijadikan taruhan. Antara tugas atau nyawa. Apakah tujuan akhir akan berhasil atau harus gagal nasibnya seperti Icarus I? Tak hanya konflik yang disuguhkan di film ini, namun sutradara berhasil membangun konflik yang terus terjadi dikarenakan berbagai hal yang timbul yangmau tak mau para awak harus membuat keputusan penting dalam keadaan yang genting. Bahkan tak jarang putusan ini pun berarti nyawa melayang. Karena dengan tujuan dan harapan yang cukup klise seperti yang sempat dikatakan oleh Capa, antara keselamatan awak atau keselamatan kehidupan dunia? Hal ini seharusnya tak perlu dipertanyakan lagi, kata Capa.
Film besutan Danny Boyle (28 Days Later, The Beach) bersama dengan penulis Alex Garland, mencoba menyuguhkan berbagai sikap dan reaksi yang akan timbul jika seorang manusia ditempatkan dalam keadaan yang serba sulit dan terpaksa, keputusan apa yang akan diambil. Apakah keegoisan timbul atau apakah mereka akan tetap fokus pada tujuan semula. Dan apakah kewarasan para awak tetap bisa dipertahankan? Di saat semua harapan sepertinya pupus dan tak berujung belum lagi kesemua awak ini diceritakan sudah tak dapat berhubungan dengan Bumi, sehingga segala keputusan benar-benar berada di tangan para awak itu sendiri.
Film science-fiction ini selain menyuguhkan berbagai pemandangan yang menakjubkan dari matahari, juga karena setting yang tak terlalu jauh, hanya 50 tahun dari masa sekarang, maka bentuk teknologi yang ada pun tak jauh berbeda. Setiap karakter di film ini juga cukup berhasil mewakili setiap emosi yang timbul dari setiap konflik yang ada. Tak hanya science-nya saja yang diketengahkan namun juga sisi thriller-nya pun muncul di pertengahan cerita. Cerita ini mencoba memunculkan pertanyaan, apakah matahari sebagai salah satu bintang yang berjumlah ratusan juta di jagad raya dapat bertahan hidup? Apa yang akan terjadi jika matahari mati? Kapankah kiranya matahari bisa mati? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itulah, ide cerita ini muncul.
Untuk akhir kata, kelihatannya kita bisa mengambil kalimat yang dikatakan Capa pada pesan terakhir yang ia kirimkan untuk keluarganya, "So if you wake up one morning and it's a particularly beautiful day, you'll know we made it.." (nita)
Directed by : Danny Boyle
Written by : Alex Garland
Production : Fox Searchlight Pictures & DNA Films
Casts : Rose Byrne, Cliff Curtis, Chris Evans, Troy Garity, Cillian Murphy, Hiroyuki Sanada, Mark Strong, Benedict Wong, Michelle Yeoh
Stars do not live forever.
One dies in the universe every second
Our closest star, the Sun, is a nuclear fusion reactor the size of a million Earths.
It burns 600 million tons of hydrogen per second
Scientists estmate the Sun has enough fuel to burn for another five billion years.
What would happen to the Earth if it doesn't?
What would happen to mankind?....
Sekitar 50 tahun dari saat ini, matahari mulai meredup dan sebagai hasilnya kehidupan di bumi pun terkena imbasnya. Jika matahari sebagai salah satu bintang yang ada di jagad raya ini mati, maka tentunya kehidupan di bumi pun juga sampai pada akhir. Karena itulah para ilmuwan berkesimpulan untuk mengirim sebuah tim astronot yang bertugas "menghidupkan" matahari dengan mengirimkan sebuah bom nuklir sebesar pulau Manhattan untuk me-restart matahari agar kembali "hidup".
Adalah sebuah narasi yang mengantarkan kita pada awal cerita. Diceritakan kalau matahari saat ini sedang sekarat, matahari sebagai salah satu bintang pastinya bisa "mati". Dan matahari pun saat ini sudah memulai proses kematiannya. Mau tak mau kehidupan di Bumi pun terancam punah. Karena itulah seorang ilmuwan berkesimpulan untuk mengirimkan sebuah bom yang akan menjadi starter bagi matahari untuk kembali hidup.
Tim yang berangkat dengan pesawat bernama Icarus pun diberangkatkan dengan tujuan ke matahari untuk mengirimkan bom tersebut. Namun apa dinyana, justru tim yang berawak 8 astronot ini malah hilang tak tentu rimbanya di jagad raya. Karena itulah Bumi kembali mengirimkan 9 astronot dari Bumi untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan mengirimkan Icarus II. Kaneda (Hiroyuki Sanada), sang kapten kapal, Searle (Cliff Curtis), Capa (Cillian Murphy) yang bertugas untuk mengirimkan dan menyalakan bom yang dibawa oleh Icarus II, Mace (Chris Evans) sang teknisi, Cassie (Rose Byrne), Corazon (Michelle Yeoh) bertugas merawat hutan hijau sebagai produsen oksigen di kapal, Harvey (Troy Garity), dan Trey (Benedict Wong) sebagai awaknya.
Masing-masing dengan tugasnya masing-masing, namun dengan tujuan yang sama yaitu menyelamatkan dunia dari bencana dengan mengirimkan bom dengan satu harapan, matahari dapat "hidup" kembali. Di awal cerita, kehidupan para awak berlangsung tenang. Hingga satu saat, mereka masuk ke dead zone, di mana mereka tak bisa lagi mengirimkan pesan ke bumi via bulan. Ada ketegangan yang timbul antara Mace dan Capa yang bersitegang karena masalah pengiriman pesan terakhir ke bulan.
Saat mereka melewati orbit Merkurius, ternyata mereka menemukan pesan yang dicurigai adalah pesan dari Icarus I. Sementara Icarus I telah dianggap hilang selama 7 tahun yang lalu. Namun, dengan berbagai macam perhitungan, dan berdasarkan perhitungan Capa, bahwa dua bom akan lebih baik dari 1 bom, maka mereka pun berbalik arah mencari Icarus I dengan berbekal pesan yang ditangkap oleh Icarus II.
Namun, disinilah dimulai segala macam bencana yang harus mereka hadapi. Trey yang bertugas untuk memutar balik pesawat Icarus II ini ternyata salah perhitungan. Karena kesalahan koordinat inilah Icarus II mengalami kerusakan yang cukup hebat. Sehingga diperlukan pemeriksaan secara manual. Saat Kaneda menginginkan 2 sukarelawan, Mace yang sebelumnya sudah kesal dengan Capa apalagi keputusan berbalik arah ini pun karena pertimbangan Capa, maka ia pun mengajukan Capa menjadi salah satu sukarelawan yang harus keluar pesawat untuk men-cek kerusakan kapal yang ada.
Maka Capa dan Kaneda lah yang keluar untuk mengecek kerusakan. Sementara Trey pun terlihat sangat stres karena merasa karena kesalahannyalah segalanya terjadi. Keluarnya dua awak inipun bukannya tanpa resiko, jika mereka keluar dan salah perhitungannya bisa-bisa nyawa jadi taruhannya. Pun ketika itu terjadi kejadian yang semakin membuat Trey depresi hingga ia harus dibius agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Keinginan untuk bunuh diri semakin kuat saat kejadian tersebut terjadi. Belum lagi ditambah dengan hancurnya kebun hijau yang berarti mereka kehilangan produksi oksigen di pesawat tersebut. Belum lagi sarana komunikasi yang dipersiapkan untuk mereka berkomunikasi saat kepulangan pun rusak berat. Maka tak ada pilihan lain, mereka mau tak mau harus menemukan Icarus I untuk mendapatkan tambahan oksigen dan harapan menemukan pesawat dengan kondisi yang lebih baik dari Icarus II.
Singkat cerita, ternyata mereka pun berhasil menemukan pesawat Icarus I. Namun yang mereka tak ketahui adalah apa yang terjadi pada Icarus I sehingga misi ke matahari gagal? Apa yang akan mereka temukan di sana dan putusan apa yang terpaksa harus mereka ambil? Inilah yang dikupas sepanjang film.
Keadaan terpaksa membuat putusan terbaik yang bisa mereka ambil dengan tujuan menyelamatkan matahari meskipun kemungkinannya juga belum bisa ditebak apakah mereka akan dapat berhasil atau tidak "menghidupkan" kembali sang matahari. Dengan penemuan Icarus I pun mereka banyak menemukan tanda tanya mengapa Icarus I gagal menyelesaikan misi. belum lagi konflik di antara awak pun timbul saat kesulitan muncul. Kebanyakan awak merasa putusan yang diambil Kaneda berdasarkan perhitungan Capa berbahaya sehingga banyak ditentang. Bahkan Mace pun merasa kalau kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi ini disebabkan karena putusan Capa yang dianggap menginginkan agar mereka berbalik arah.
Kecelakaan demi kecelakaan dan keanehan demi keanehan pun terjadi. Psikologis para awak pun seperti dijadikan taruhan. Antara tugas atau nyawa. Apakah tujuan akhir akan berhasil atau harus gagal nasibnya seperti Icarus I? Tak hanya konflik yang disuguhkan di film ini, namun sutradara berhasil membangun konflik yang terus terjadi dikarenakan berbagai hal yang timbul yangmau tak mau para awak harus membuat keputusan penting dalam keadaan yang genting. Bahkan tak jarang putusan ini pun berarti nyawa melayang. Karena dengan tujuan dan harapan yang cukup klise seperti yang sempat dikatakan oleh Capa, antara keselamatan awak atau keselamatan kehidupan dunia? Hal ini seharusnya tak perlu dipertanyakan lagi, kata Capa.
Film besutan Danny Boyle (28 Days Later, The Beach) bersama dengan penulis Alex Garland, mencoba menyuguhkan berbagai sikap dan reaksi yang akan timbul jika seorang manusia ditempatkan dalam keadaan yang serba sulit dan terpaksa, keputusan apa yang akan diambil. Apakah keegoisan timbul atau apakah mereka akan tetap fokus pada tujuan semula. Dan apakah kewarasan para awak tetap bisa dipertahankan? Di saat semua harapan sepertinya pupus dan tak berujung belum lagi kesemua awak ini diceritakan sudah tak dapat berhubungan dengan Bumi, sehingga segala keputusan benar-benar berada di tangan para awak itu sendiri.
Film science-fiction ini selain menyuguhkan berbagai pemandangan yang menakjubkan dari matahari, juga karena setting yang tak terlalu jauh, hanya 50 tahun dari masa sekarang, maka bentuk teknologi yang ada pun tak jauh berbeda. Setiap karakter di film ini juga cukup berhasil mewakili setiap emosi yang timbul dari setiap konflik yang ada. Tak hanya science-nya saja yang diketengahkan namun juga sisi thriller-nya pun muncul di pertengahan cerita. Cerita ini mencoba memunculkan pertanyaan, apakah matahari sebagai salah satu bintang yang berjumlah ratusan juta di jagad raya dapat bertahan hidup? Apa yang akan terjadi jika matahari mati? Kapankah kiranya matahari bisa mati? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itulah, ide cerita ini muncul.
Untuk akhir kata, kelihatannya kita bisa mengambil kalimat yang dikatakan Capa pada pesan terakhir yang ia kirimkan untuk keluarganya, "So if you wake up one morning and it's a particularly beautiful day, you'll know we made it.." (nita)
0 comments:
Post a Comment