Tuesday, July 03, 2007

Air Berkuman Dalam Kemasan

Saat ini, tingkat ketergantungan masyarakat pada air minum dalam kemasan semakin tinggi. Minuman ini dimana-mana seperti sudah menjadi kebutuhan. Di warung, rumah, sekolah, di tengah kemacetan apalagi saat dahaga selepas melakukan aktivitas atau berolahraga.

Konsumsi air minum dalam kemasan mencapai 12 miliar liter per tahun. Nilai transaksinya mencapai lima triliun rupiah per tahun. Jumlah ini lebih besar ketimbang belanja obat nasional yang hanya mencapai Rp 4,5 triliun per tahun.

Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan, kini ada lebih dari 1.400 jenis air minum dalam kemasan. Sebut saja para pemain besarnya, seperti Aqua, Vit, Ades, Monair, Aguaria, Prim-a, Hexagonal, dan ratusan merek lainnya.

Menurut Willy Sidharta, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), jika dihitung dari penghasilan pengusaha besar, omzet bisnis ini diperkirakan mencapai lima triliun rupiah. "Saat ini air minum dalam kemasan adalah produk yang paling banyak dikonsumsi," kata Willy.

Bisnis air bening ini akan terus meledak seiring dengan kian memburuknya lingkungan hidup dan pertambahan penduduk. Karenanya tak heran, seliter air minum dalam kemasan ada yang harganya sama atau lebih mahal ketimbang harga seliter bensin yang diolah dengan teknologi yang jauh lebih rumit dan mahal. Singkat cerita bisnis air minum lagi gurih-gurihnya.

Keadaan ini memancing hukum pasar. Lantaran banyak diburu pembeli, munculah produk tiruan alias palsu. Barang palsu ini disimpan dalam botol bekas air minum kemasan yang dikumpulkan para pemulung. Menurut sejumlah pedagang besar botol bekas yang ditemui tim Sigi, sebelumnya botol bekas dipisahkan. Ada yang dijual sebagai limbah plastik daur ulang, dan ada juga yang akan dijual sebagai botol untuk diisi air minum kembali.

Satu botol plastik yang masih mulus lengkap dengan tutup diterima seharga Rp 260. Seorang pengumpul, bisa memasok lebih dari 3.000 botol bekas dalam sepekan. Ini jauh lebih menguntungkan dibanding menjual botol rusak yang hanya laku tiga hingga lima ribu per kilo.

Selain memanfaatkan botol bekas, modus pemalsuan air minum kemasan yang pernah terbongkar polisi adalah dengan cara mengoplos. Biasanya ini terjadi pada produk galonan. Caranya mencampur galon air kemasan asli dengan air isian sendiri. Modus ini biasanya dilakukan sopir atau agen nakal. Dengan cara itu pembeli tak menyangka galon air yang dibelinya palsu karena diantar langsung agen atau distributor resmi.

Modus paling mudah adalah dengan memalsu secara terang-terangan merek maupun air galonan. Caranya, air galonan isi ulang dijual dengan merk pabrik besar. Modus ini mudah dilakukan karena saat ini banyak dijumpai industri rumahan yang memproduksi galon berikut tutupnya, plastik segel, dan tisu basah. Isinya bisa air dari perusahaan air minum atau membeli di depot air isi ulang.

Kasus pemalsuan seperti ini, belum lama beselang terbongkar aparat Kepolisian Sektor Rungkut, Surabaya timur, Jawa Timur. Meski kejadian ini sudah berlangsung lama, Aspadin sepertinya kurang antusias memeranginya. Maklum, jika mereka mengumumkan produknya dipalsu bisa merusak pasar dan citra merek di mata konsumen.

Galon air minum ini sudah sebulan teronggok di salah satu ruangan Mapolsek Rungkut. Isinya bukan Aqua asli melainkan galon berisi air isi ulang yang dikemas seolah air kemasan bermerek terkenal.

Kejadian ini bermula saat polisi memergoki Azis tengah menjajakan 80 galon air minum di toko-toko di daerah Rungkut. Setelah diselidiki, Aqua yang dijual ternyata palsu hasil produksi sendiri.

Azis ditangkap atas tuduhan memproduksi dan memperdagangkan Aqua palsu. Dia berdalih produk ini sangat laris di pasaran sehingga memilih memalsu merek ini. Ini dilakukan sejak empat bulan terakhir. Dalam seminggu Azis berhasil menjual 150 hingga 200 galon air. Dari setiap galon, Azis mendapat keuntungan bersih sekitar Rp 3.000.

Sayang, jaringan pemalsu ini belum terbongkar tuntas. Pasalnya, Edi si pemasok tutup dan segel Aqua palsu hingga kini masih buron.

Air minum galonan memang diakui Aspindo sebagai produk yang paling banyak dan mudah dipalsukan. Modalnya hanya galon bekas beserta tutupnya, segel plastik, tisu, dan sebuah hairdriyer untuk memanaskan plastik segel.

Sejauh ini, merek yang paling banyak diincar para pemalsu adalah Aqua. Maklum merek ini sudah sangat terkenal, paling mahal, dan cepat laku. Penelusuran tim Sigi mendapati fakta, pemain bisnis ini justru melibatkan orang dalam, terutama menyangkut pasokan segel berikut tutup galon dan tisunya.

Untuk memastikan produk air minum itu palsu atau asli ternyata tidak mudah. Apalagi air minum kemasan yang bening dan tak beraroma. Pengalaman buruk mengkonsumsi air minum kemasan dialami seorang ibu rumah tangga, sebut saja Nyonya Eni. Saat Eni memesan galon air minum kepada langganannya ternyata di dalamnya teronggok serpihan mirip daun kehijau-hijauan.

Pengalaman itu tentu saja sangat mengecewakan. Selama ini Eni sangat fanatis dengan produk itu baik untuk memasak maupun membuat susu bagi anaknya yang belum genap setahun. Wowok, penjual air itu juga kaget. Dia mengaku sejak tiga tahun menjual air minum bermerk terkenal itu, baru sekali ini mendapati galon dagangannya bermasalah.

Tim Sigi kemudian membawa air galonan itu kepada Willy. Tapi, Ketua Aspindo yang juga Presiden Direktur Aqua Golden Missisipi ini tak bisa memastikan air itu asli atau palsu karena seal atau segelnya sudah terbuka.

Munculnya minuman palsu menunjukkan pengawasan terhadap produk makanan dan minuman oleh pemerintah masih mengecewakan. Para produsen jangan membiarkan produk mereka dipalsu dengan alasan akan berbalik merusak citra merek dagang. Konsumen berharap membeli air minum yang sehat bukan produk palsu yang sangat mungkin tercemar kuman atau bakteri.(IAN/Tim Sigi)

0 comments: