Thursday, May 10, 2007

Joke Edisi 3

Mongolian VD
Seorang turis Amerika berlibur ke Cina. Ketika di Cina, ia bermain dengan wanita nakal tanpa memakai kondom. Seminggu kemudian, ia pulang ke AS dan menemukan alat vitalnya diselimuti lingkaran-lingkaran warna hijau dan ungu. Dengan ketakutan ia segera pergi ko dokter. Dokter yang kebingungan, karena belum pernah melihat hal ini, melakukan sejumlah tes dan mengatakan bahwa hasil tes akan diketahui dua hari lagi. Turis tersebut kembali lagi dua hari kemudian dan dokternya berkata: "Berita buruk. Nama penyakit anda adalah Mongolian VD. Sangat langka dan hampir tidak pernah terdengar disini. Kami hanya tahu sangat sedikit mengenai penyakit ini." Si turis kebingungan dan menjawab: "Ya... diapain deh dok, terserah... pokoknya cepat sembuh." Jawab si dokter, "Maaf, sampai saat ini belum diketahui metode penyembuhan yang tepat. Rasanya kami harus mengamputasi alat vital anda." Si turis berteriak ketakutan, "Enak ajah! Nggak boleh! Aku mau cari doker lain!" Jawab si dokter: "Yaaa.. terserah, silahkan saja, tapi operasi amputasi adalah jalan satu-satunya."
Maka besoknya si turis mencari dokter Cina, dengan harapan setidaknya dia tahu sesuatu mengenai penyakit ini. Si dokter Cina memeriksanya dan berkata "Penyakit anda langka looo, ini namanya Mongolian VD, aaaa." Si turis kesal dan menjawab: "Iya.. saya tahu, tapi apa bisa disembuhkan? Dokter Amerika kemarin bilang kalau satu-satunya cara dioperasi dan diamputasi, bener nggak sih?"
Dokter Cina itu tertawa dan menggelengkan kepala, "Aiyaaa.. doktel Amelika wodoh aaaa... selalu pingin bikin duit, aaa.... opelasi sini, opelasi sana... nggak pellu opelasi ooo,...!" Si turis bahagia "Waaaaaa... untung.... untung...."
"Nggak usah takut laaa... tunggu dua minggu, nanti juga putus sendili ooo, nggak pellu bayal-bayal buat opelasi...."

Kucing
Budi pada dasarnya tidak menyukai kucing. Ia semakin benci ketika istrinya memelihara seekor kucing. Budi merasa istrinya jadi lebih perhatian pada kucingnya daripada dirinya. Suatu hari Budi memutuskan untuk membuang kucing tersebut secara diam-diam. Ketika istrinya sedang mandi, ia pamit pergi keluar sebentar dan dibawanya si kucing. Setelah Budi bermobil sekitar 10 km dari rumah, ia pun membuang kucing tersebut. Anehnya ketika ia sampai di rumah, si kucing sudah ada di sana. Budi heran campur berang. Sore harinya ia pergi lagi. Kali ini si kucing dibuangnya lebih jauh lagi. Namun tetap saja, sesampainya di rumah, kucing istrinya tersebut telah berada di sana. Budi berusaha membuangnya lebih jauh lagi, lebih jauh lagi, tapi tetap saja si kucing kembali ke rumah mendahului dirinya. Suatu hari ia tidak saja membawa si kucing pergi jauh, tapi juga berputar-putar dulu. Budi belok kanan, belok kiri, belok kanan,belok kanan lagi, berputar-putar sebelum akhirnya membuang kucing yang dibawanya. Beberapa jam kemudian ia menelepon istrinya. "Tik, kucingmu ada di rumah?" tanya Budi. "Ada, kenapa? Tumben nanya si Manis segala," jawab istrinya agak heran. "Panggil dia Tik, aku mau tanya arah pulang. Ak u kesasar....!"

Budek
JERI pergi ke dokter mengeluh tentang istrinya yang sudah hilang pendengaran. "Seberapa burukkah pendengarannya?" tanya dokter. "Entahlah, Dok. Yang jelas saya mesti harus berteriak kalau bicara dengannya."
"Oke, cobalah anjuran saya. Berdiri sekitar 6 meter darinya, lalu katakan sesuatu. Kalau dia tak bisa mendengarmu, berdirilah lebih dekat darinya,lalu katakan yang Anda katakan tadi. Kalau dia belum juga mendengar, teruslah mendekat. Dengan begitu saya akan tahu berapa jarak maksimal pendengarannya." Maka, Jeri pulang ke rumah dan mendapati istrinya sedang memasak di dapur. Dari jarak 6 meter ia berteriak, "Makan apa kita malam ini?" Tak ada jawaban. Lalu ia mendekat lagi, berhenti di jarak 5 meter dan menanyakan hal yang sama. Juga tak terdengar jawaban. Begitu juga pada
jarak 3 meter. Akhirnya, ia berdiri di samping istrinya. "Makan apa kita malam ini?" katanya setengah berteriak. Istrinya berbalik menghadap Jeri, memelototinya, dan berteriak: "Untuk keempat kalinya kubilang: KAMBING GULING!"

Pisau Lipat
Kejadian ini terjadi pada suatu hari di tengah hutan, ketika diadakan pendidikan dasar untuk para pencinta alam. Seorang senior(instruktur) menemukan sebuah pisau lipat yang tergeletak di atas tanah. Menurut ketentuan yang berlaku selama pendidikan dasar, barang siapa yang meninggalkan sesuatu selama perjalanan harus dihukum.Senior tersebut dengan segera mengambil pisau lipat tadi dan bermaksud untuk menghukum siswa pendidikan dasar yang telah lalai meninggalkan pisau lipatnya. Setelah para siswa berkumpul semua, sang senior dengan nada berwibawa berkata, "Siapa yang merasa kehilangan pisau lipat di tengah perjalanan tadi?" Tak ada satu pesertapun yang berani menjawab. Kemudian sang senior menambahkan, "Hayo cepat? saya sebenarnya sudah tahu siapa pemilik pisau lipat ini karena namanya terukir disitu. Tapi saya ingin kejujuran kalian untuk mengaku!" Masih tidak ada jawaban dari peserta. "Karena tidak ada yang dengan jujur mau mengakui kesalahannya maka saya akan panggil namanya !!!" Peserta masih saja diam. Akhirnya sang senior habis kesabarannya, diambilnya pisau lipat tadi kemudian dengan lantang dia berkata, "Stain...maju ke depan!" Para siswa saling melirik kalau-kalau ada yang maju ke depan. Karena tidak ada yang maju ke depan si senior berkata lagi, "Saya panggil sekali lagi yang bernama STAINLESS STEEL untuk maju ke depan !!!"

Umur
Sudah lama Budi naksir cewek yang tinggal dikampung sebelah. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Cewek itu menerima cinta Budi dengan sepenuh hati, meski "proklamasi cinta" Budi dilakukan di gang sempit pinggir selokan. Sayang, kisah-kasih di selokan itu tidak berjalan mulus.
Orang tua si gadis keberatan karena Budi belum bekerja. Namun keduanya pantang menyerah. Bahkan, setelah beberapa bulan menjalin kasih, Budi memberanikan diri melamar. Ia menemui ayah si gadis. "Pak, kami sudah saling cinta, maka kami akan menikah. Kapan saya boleh menikahi anak bapak?" kata Budi.
Ayah si gadis jelas menolak. Namun untuk berkata terus terang, ia tidak sampai hati. "Begini Nak Budi. Bukan saya keberatan, tapi tunggulah saat yang tepat. Saat ini umur anak saya 20 tahun, umur Nak Budi 24 tahun. Jadi, tunggulah sampai umur kalian sama", kata si bapak..

Jam
Seorang pemuda sedang dalam perjalanan kembali ke Jakarta dengan kereta Senja Utama. Persis di depannya duduk seorang bapak. Setelah lama berdiam diri sambil menguap sang pemuda bertanya kepada bapak tersebut, "Jam berapa sekarang Pak???". Sebuah pertanyaan yang biasa kita lakukan dimanapun kapanpun dan kepada siapapun, dan biasanya kita selalu dapat jawaban. Tapi kali ini sungguh diluar dugaan, si bapak diam saja. Mengira sang bapak agak kurang dengar pemuda tersebut mengulanginya sampai 3 kali, namun si bapak tetap diam tidak bergeming sedikitpun.
Merasa kesal, pemuda langsung mencolek bapak tersebut dan berkata, "Saya heran mengapa bapak tidak menjawab pertanyaan saya? Apa sich susahnya", tanyanya kesal. Si bapak menjawab dengan tenang, "Bukannya saya nggak mau menjawab, tapi nanti kalau saya jawab, kita pasti ngomong-ngomong lagi soal ini soal itu, terus sampai nanti kita jadi akrab". Si pemuda melongo mendengar ceramah si bapak, terus dia tanya lagi, "Lalu apa salahnya kalau kita akrab". Si bapak bilang "Nanti anak gadis dan istri saya akan menjemput saya di Gambir, kalau kita sudah akrab, nanti kita akan turun sama-sama, terus saya pasti memperkenalkan mereka sama kamu". Si pemuda tambah bingung, "terus pak..?", tanyanya lagi penasaran.
"Istri saya tuch orangnya baik sekali sama semua orang, nanti dia pasti nawarin kamu mampir kerumah, nanti kamu mampir dan pasti mandi di rumah saya, terus makan di rumah saya, nanti kamu lama-lama bisa akrab dengan anak gadis saya dan kamu bisa jadi pacar anak saya dan lama-lama kamu bisa jadi menantu saya" katanya lagi. Sang pemuda yang tadi sudah bingung sekarang makin bingung, lantas dia tanya, "Terus apa hubungannya sama pertanyaan saya yang pertama?" Dengan lantang bapak tersebut menjawab, "Masalahnya... SAYA TIDAK MAU PUNYA MENANTU SEPERTI KAMU, JAM TANGAN SAJA NGGAK PUNYA!!!"

Penjaga Rel KA
Sarjo melamar pekerjaan sebagai penjaga lintasan kereta api. Dia diantar menghadap Pak Banu, kepala bagian, untuk wawancara.
"Seandainya ada dua kereta api berpapasan pada jalur yang sama, apa yang akan kamu lakukan?", tanya Pak Banu, ingin mengetahui seberapa cekatan Sarjo.
"Saya akan pindahkan salah satu kereta ke jalur yang lain," jawab Sarjo dengan yakin.
"Kalau handle untuk mengalihkan rel-nya rusak, apa yang akan kamu lakukan?", tanya Pak Banu lagi.
"Saya akan turun ke rel dan membelokkan relnya secara manual."
"Kalau macet atau alatnya rusak bagaimana?"
"Saya akan balik ke pos dan menelpon stasiun terdekat."
"Kalau telponnya lagi dipakai?"
"Saya akan lari ke telpon umum terdekat?"
"Kalau rusak?"
"Saya akan pulang menjemput kakek saya."
"LHO?", tanya Pak Banu heran dengan jawaban Sarjo.
"Karena seumur hidupnya yang sudah 73 tahun, kakek saya belum pernah melihat kereta api tabrakan."

0 comments: