Monday, February 26, 2007

Apocalypto, Mengungkap Misteri Bangsa Maya

Setelah menuai sukses lewat film The Passion of the Christ, Mel Gibson kembali menggebrak kisah epik sejarah lengkap dengan karater yang menggunakan bahasa kuno. Inilah pencapaian terbaik dari Mel Gibson untuk mengangkat kembali sejarah yang belum terkuak.

Hutan belantara Catemaco di wilayah Veracruz Meksiko seolah membawak ita ke dimensi lain. Menuntun kita kembali ke masa ketika sebuah keberadaan suatu bangsa yang pernah menguasai wilayah Amerika ini. Sejumlah bangian mirip piramid berdiri kokoh dengan masyarakatnya yang masih menganut tradisi kuno dan penuh mistik. Sejenak kita diajak menjadi saksi atas rekonstruksi dari kehidupan suku bangsa Maya yang penuh misteri. Memang, Apocalypto merupakan sebuah film bertema civilisasi suku Indian Maya mulai dari kebangkitan hingga kejatuhannya.

Diceritakan bahwa kehidupan Jaguar Paw (Rudy Youngblood) dan bangsa Maya lainnya yang penuh kedamaian, tiba-tiba berubah. Kehidupan bangsa Maya yang selaras dengan alam menjadi bencana, ketika dengan penuh kebiadaban mereka diserbu dan dibantai. Sambil menyembunyikan anak dan istrinya yang hamil dari pemabantaian. Jaguar Paw tergerak untuk melawan bersama dengan masyarakat Maya lainnya. Kegigihan dan perlawanan Jaguar Paw ini digambarkan oleh Mel Gibson seolah menjadi simbol terhadap cinta, keberanian dan kehilangan, sekaligus penebusan dosa bagi bangsa Maya.

Sejak awal hingga akhir film, kita tidak menjumpai para pemain yang dikenal. Ternyata, Mel Gibson memilihartis-artis baru dari Meksiko yang sama sekali belum terkenal dan sejumlah masyarakat setempat. Selain itu, kesamaan Apocalypto dengan The Passion of the Christ (selanjutnya TPTC-Red) adalah sama-sama menggunakan 'bahasa ibu'. Di mana TPTC memakai bahasa Aramic dan Latin, seluruh dialog dalam film ini menggunakan bahasa Yucatec yang dipakai oleh Bangsa Maya.

Kata Apocalypto diambil dari bahasa Yunani yang berarti awal yang baru. Tampaknya film Apocalypto ingin mengikuti jejak TPTC, di mana Mel mencoba menyentuh sisi emosional dan spiritual penonton. Berawal dari ide ini, Mel mengajak seorang penulis skenario lulusan Universitas Cambridge, Farhad Safinia, untuk bersama mengembangkan ide ini. Farhad yang pernah berkunjung ke lokasi sisa-sisa peninggalan bangsa Maya ini sangat tertarik dan kemduian mengembangkannya. Ditambah dengan 'scane indah alam Maya yang hijau namun dipenuhi dengan lumuran darah.

Sebagai aktor, kepiawaian Mel tidaklah terbantah dengan membintangi lusinan film seperti Mad Max dan Lethal Weapon. Pada 1995, berkat penampilannya dalam film Brave Heart, Mel memperoleh dua Piala Oscar untuk kategori Best Picture dan Best Director. Dan ingat, Mel Gibson pernah membintangi sebuah film berjudul The Year of Living Dangerously. Film tersebut menceritakan pengalaman seorang wartawan asing di Indonesia pada 1960-an. Judul ini diambil dari sebuah judul pidato 17 Agustus 1964. Tahun Vivere Perilocoso (Tahun yang penuh Bahaya). Pada 1984, film ini mendapat Oscar untuk kategori film asing.

Sukses dan kontroversi TPTC, yang mampu membesut perolehan US$ 370 jut aitu, merupakan sukses luar biasa. Mengingat kontroversi saat diluncurkan film tentang Yesus Kristus itu sehingga ada anggapan Mel anti-Semit. Seperti halnya TPTC, Mel membuat Apocalypto dengan jalannya sendiri, termasuk menyutradarai, menulis naskah dan membuat film itu sendiri. Bahkan membiayai film tersebut melalui perusahaannya sendiri, Icon Productions.

Menurut George Miller yang pernah menyutradarai Mel Gibson dalam serial sukses Mad Max, semua hal yang dilakukan Mel menimbulkan daya tarik. Karena, sebagai sutradara, Mel dikenal pemberani. "Apocalypto merupakan bukti kepiawaian Mel," ujarnya. terbukti, tangan dinginnya mampu mengarahkan artis pendatang baru tampil dengan akting yang optimal.

Meskipun kerajaan Maya kini telah hancur dan lenyap, tetapi tidak dengan bangsanya. Sedikitnya terdapat empat juta orang bangsa Maya kini hidup di Meksiko dan Amerika Tengah. Kelompok terbesar adalah Yucatek, populasinya sekitar 300 ribu orang kini hidup di Semenanjung Yucatan, Meksiko. Di wilayah lainnya dekat Chiapas, terdapat keturunan suku Lacandon, yang masih menganut kepercayaan dan menjalankan kebudayaan dari moyang mereka.

Bangsa Maya dikenal sebagai bangsa yang maju pada saat itu. Mereka telah mengenal sistem penanggalan atau kalender dan memiliki "Kitab Suci" Popol Vuh yang mengenal konsep hari akhir. Mereka juga dikenal sebagai bangsa yang pandai dalam berhitung dan astronomi. Bahkan kalender yang mereka buat jauh lebih akurat dari pada kalender Gregorian yang digunakan saat ini. Kalender yang mereka pakai berdasarkan perhitungan akurasi terhadap matahari, planet, bintang bahkan galaksi.

Kepercayaan tentang hari akhir pun telah ditorehkan dalam sebuah ramalan. Menurut kepercayaan ini pergerakan benda astronomi di langit pada akhirnya akan kembali seperti siklus recycling dan ini akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Seperti halnya siklus lahir, mati, dan lahir kembali. Menurut perhitungan mereka ribuan tahun yang lalu jauh sebelum penetrasi peradaban asing, bangsa Maya meramalkan bahwa pada tanggal 21 Desember 2012 akan menjadi akhir kalender Maya. Berdasarkan hitungan astrologi versi mereka, matahari akan berada tepat sejajar dengan pusat galaksi. Akibatnya terjadi berbagai kehancuran di bumi dan menjadi akhir dari seluruh kehidupan di dunia. Kiamat versi mereka pun tiba. Kemudian siklus pun berlanjut dengan kehidupan baru yang berbeda.

Sumber ME

0 comments: