Tuesday, November 07, 2006

The Prestige

"Every great magic trick consists of three acts. The first act is called The Pledge: the magician shows you something ordinary, but of course, it probably isn't. The second act is called The Turn. The magician makes his ordinary something do something extraordinary. Now, if you're looking for the secret, you won't find it. That's why there's a third act called, The Prestige. This is the part with the twists and turns, where lives hang in the balance, and you see something shocking you've never seen before." (Michael Caine - The Prestige)

Pasca Batman Begins, Christopher Nolan langsung disibukkan oleh proyek The Prestige, drama thriller bertema magicians rivalry yang diangkat dari novel Christopher Priest. Nolan memang bukan sutradara yang produktif, tapi kebanyakan filmnya mampu meninggalkan kesan mendalam. Sebut saja masterpiece-nya, Memento, dan Batman Begins. Itu saja sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk menyambut The Prestige dengan antusias, belum lagi ditambah barisan cast yang too good to be true: Hugh Jackman, Christan Bale, Michael Caine dan Scarlett Johansson.

The Prestige mengambil lokasi di London pada jaman Victoria, dimana para pesulap (terutama yang memiliki trik-trik hebat) are the men of the era. Pada saat itu, teknik sulap masih bersifat konvensional, semacam menghilangkan merpati dan memunculkannya kembali. Para pesulap bersaing ketat menciptakan teknik-teknik sulap baru yang tak mudah dipecahkan oleh para pesaing. Trik-trik sulap hebat yang belum pernah dipraktekkan bak harta yang tak ternilai harganya.

Dua pesulap muda, Robert Angier (Hugh Jackman) dan Alfred Borden (Christian Bale) mencari peruntungan mereka di dunia sulap dengan gaya masing-masing. Angier performer yang handal, tapi trik sulapnya biasa-biasa saja dan kurang kreatif dalam menggali trik baru. Borden, sebaliknya, walaupun kurang jago dalam performing, tapi ia ulet dalam mencari teknik-teknik sulap baru.

Angier dan Borden tadinya berteman. Mereka adalah partner dalam pertunjukan sulap yang menampilkan aksi pamungkas meloloskan diri dari ikatan dalam kolam air dalam sekejap. Tapi ketika trik terbesar mereka gagal secara menyedihkan, kedua pria ini berbalik arah jadi musuh seumur hidup. Kompetisi di antara mereka terbangun dengan semangat saling menjatuhkan, yang berubah jadi obsesi tentang siapa pesulap paling hebat dengan rahasia sulap paling fantastis di antara mereka.

Seperti judulnya, The Prestige adalah karya yang cukup bergengsi, mulai dari opening scene-nya yang eerie, sampai pada ending-nya yang twisted dan menghentak. Knowing Nolan, jangan harapkan The Prestige disajikan dengan teknik linear yang simple. Walau tidak seribet Memento, The Prestige mengambil teknik present-past yang disampaikan dengan cara kronologis yang enak diikuti. Teknik ini cukup pas dalam memperkuat unsur drama thriller-nya. Rahasia di balik trik-trik sulap disampaikan lewat twisted ending dan kronologi adegan yang cukup mengagetkan.

Film bergerak dari London dan Colorado Springs, dimana, dalam lab-nya yang berada di puncak gunung, Nikolai Tesla (David Bowie, yes that David Bowie) menciptakan penemuannya yang ajaib. Ngomong-ngomong, karakter Nikolai Tesla adalah satu-satunya karakter real di antara karakter fiktif di film ini. Tesla adalah ilmuwan kelahiran Serbia yang menemukan rotating magnetic field, dikenal lewat teori Tesla Coil-nya, yang belakangan sering digunakan dalam teknologi radio. Dan speaking of David Bowie, alih-alih terlihat misterius – seperti yang diharapkan dari karakter Tesla di film ini – di sini dia terlihat bosan dan ogah-ogahan.

Tapi tidak demikian dengan cast yang lain. Hugh Jackman dan Christian Bale menyajikan kolaborasi akting yang luar biasa. Michael Caine tampil sebagai balancing dari performa Jackman dan Bale yang bersinar-sinar tadi. Scarlett Johansson bermain bagus, porsinya jelas tidak sekadar sebagai eye candy, dan walau tampil sebentar, penampilan aktris pendatang baru Rebecca Hall patut diperhitungkan. Yang menarik adalah penampilan si Gollum, Andy Serkis, yang manglingi.

Datang dari sutradara yang sama, wajar saja bila banyak yang membandingkan flm ini dengan Memento. Tapi film ini bukan Memento. Walau tak bertutur sejenius Memento, The Prestige adalah drama thriller yang gelap dan disturbing – khas Nolan, dengan muatan satire yang sayang untuk dilewatkan. (putri)

0 comments: