Thursday, November 02, 2006

Daughter of God


Karya Lewis Perdue ini bercerita tentang benda-benda seni yang hilang. Daughter of God adalah cerita fiksi berdasarkan fakta yang mudah dilacak kebenarannya. Misalnya, kisah-kisah nyata tentang pencurian benda-benda seni kuno bernilai tinggi pada Perang Dunia (PD) II.

Harus diakui, keahlian Lewis dalam mengumpukan data tak lepas dari profesinya sebagai dosen jurnalistik. Berdasarkan fakta, data dan pengalaman pribadi, Lewis meramunya menjadi sebuah novel yang tajam.

Ide novel ini berawal dari pertemuan pengarang dengan Wener Meyer, seorang mantan tentara Jerman pada PD II yang memperoleh gelar sarjana di bidang jurnalistik di Amerika Serikat, dan kebetulan mempunyai hobi yang sama mengoleksi benda-benda seni. Meyer memperkenal Lewis pads Heinrich Heim, seorang Nazi tua yang tinggal sendiri di gudang penyimpanan bom PD II. Heim adalah ajudan penting Hitler yang menangani pencurian benda-benda seni. Percakapan pun berlangsung, Heim mengeluarkan beberapa bundel kertas dan sebuah amlop yang berisi foto-foto lukisan kecil karya Stahl, tapi lukisan itu sudah hilang sebelum kekuasaan Hitler runtuh.

Melalui tokoh Zoe Ridgeway, seorang broker seni, Lewis, mengungkapkan hilangnya benda seni bersejarah. Bersama Seth, istrinya, Zoe Ridgeway pergi ke Swiss menemui kolektor benda-benda seni. Sebelum meninggal sang kolektor berpesan pada Zoe agar mengurus benda-benda seninya. Namun sebelum semua urusannya selesai, sang kolektor terlanjur meninggal dunia secara misterus dan rumahnya yang penuh dengan benda seni hangus terbakar. Setelah sang kolektor meninggal, Zoe dan Seth menghadapi orang-orang yang akan membunuhnya. Di luar alam sadar, Zoe dan Seth terjerat dalam lingkaran konspirasi pencurian benda-benda seni bernilai tinggi dan berhubungan dengan peradaban agama. (Ajo)

0 comments: